Singapura Latihan Artileri di Selandia Baru - Radar Militer

19 Januari 2017

Singapura Latihan Artileri di Selandia Baru

Singapura Latihan Artileri di Selandia Baru
Singapura Latihan Artileri di Selandia Baru 

Lima ratus tentara Singapura mengambil alih Waiouru Army Base Selandia Baru untuk latihan tahunan bertajuk "Thunder Warrior".
Negara Asia Tenggara tersebut membawa persenjataan canggihnya, yang tidak dapat digunakan di dalam negeri hanya karena tidak memiliki ruang. Masalah luas wilayah Singapura yang sempit menyebabkan tentaranya harus datang ke Selandia Baru untuk berlatih menggunakan senjata mereka.
"Daerah pelatihan di Waiouru hampir dua kali luas seluruh Singapura," kata Menteri Pertahanan Singapura Dr Ng Eng.
Latihan tersebut bukan merupakan latihan bersama, tidak ada pasukan Selandia Baru yang ambil bagian, dan Singapura diberikan akses penuh ke daerah pelatihan Waiouru ini. Militer Selandia Baru bahkan tidak memilki peralatan militer seperti yang dibawa oleh Singapura dalam latihan tersebut.
Latihan pada tahun ini merupakan tahun ke-20 Thunder Warrior, dan juga menandai 50 tahun hubungan pertahanan Singapura dan Selandia Baru, dimana menteri pertahanan Singapura dan timpalannya dari Selandia Baru, Gerry Brownlee, mengadakan pertemuan bilateral setelah acara kunjungan latihan tersebut.
Tentara Singapura akan kembali ke negaranya pada minggu depan dan akan kembali setahun kemudian untuk melakukan latihan yang serupa.
Salah satu senjata dalam tersebut adalah Singapore Self-Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus. Selain Primus, juga didatangkan Safari Weapon Locating Radar dan Field Artillery Meteorological System.
Singapore Self-Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus adalah howitzer swagerak yang dipersenjatai dengan howitzer 155 mm. Dikembangkan bersama oleh Angkatan Bersenjata Singapura, Badan Sains dan Teknologi Pertahanan Singapura (Defence Science and Technology Agency - DSTA) dan Singapore Technologies Kinetics (ST Kinetics), howitzer swagerak itu diperkenalkan pertama kali dalam pameran Singapore Artillery pada tahun 2004.
Chasis-nya dibuat berdasarkan chasis howitzer swagerak M109 155 mm United Defense yang telah terbukti. Chasis ini diupgrade pada sejumlah tempat dan memiliki mesin baru yang sama dengan mesin yang dipasang pada kendaraan tempur infanteri Bionix ST Kinetics, yang juga berada dalam kedinasan AB Singapura. Pengunaan subsistem yang sama antara Primus dan Bionix memberikan beberapa keuntungan, antara lain pelatihan yang lebih mudah dan logistik yang lebih sederhana.
Primus menggunakan mesin diesel Detroit Diesel Corporation 6V 92TIA dengan daya 550hp dengan transmisi full otomatis General Dynamics Land Systems HMPT-500-3EC.
Kecepatan maksimum jalan raya Primus mencapai 50 km/jam dengan jangkauan jelajah hingga 350 km.
Primus memiliki bobot 28,3 ton sehingga memungkinkan menggunakan sistem jembatan lapangan militer yang digunakan AB Singapura. Primus juga dapat diangkut oleh pesawat angkut Airbus A400M.
Turret dilengkapi dengan meriam 155 mm/39-cal buatan lokal yang dilengkapi dengan muzzle brake dan fume extractor. Jarak tembak Primus tergantung pada kombinasi jenis proyektil dan charge yang digunakan, sekitar 19 km dengan proyektil M107 high explosive (HE) dan 30 km dengan proyektil extended range full bore base bleed.
Sistem pemuatan semi otomatis memberikan rate of fire yang meningkat dan mengurangi kelelahan awak. Proyektil dengan fuse dimuat secara otomatis, sedangkan charge modular dimuat secara manual. Primus memiliki rate of fire tiga peluru dalam 20 detik dan rate of fire 6 peluru per menit. Magazinnya menampung 22 butir proyektil 155 mm.
Sumber : http://channelnewsasia.com/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb