Pindad SBC-2 |
Salah satu tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) adalah menyelenggarakan pengawasan dan penegakan hukum dalam hal menjaga penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam melakukan operasi pemberantasan penyelundupan tersebut, sudah tentu para personel petugas Dirjen Bea Cukai harus dilengkapi dengan senjata api. Selama tiga dekade dihitung sejak tahun 1980-an, para personil Bea Cukai dilengkapi dengan senapan laras panjang Valmet M76W kaliber .222 Remington. Nah, dalam perjalanannya senapan-senapan ini sudah tentu semakin tua dan sudah waktunya untuk dilakukan penggantian, apalagi pelurunya sudah tidak banyak lagi yang membuatnya.
Pengganti Valmet M76W tersebut tidak lagi dicari dari luar negeri, tentu saja karena Pindad selaku industri strategis pertahanan sudah mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Namun karena tuntutan aturan pembedaan kaliber peluru untuk Badan Penegak Hukum yang berbeda, maka Dirjen Bea Cukai tidak bisa begitu saja mencomot lini produk Pindad yang sudah ada.
Pindad pun menciptakan suatu senapan yang dikhususkan untuk Bea Cukai dengan nama SBC-1 atau Senapan Bea Cukai-1. Senapan serbu ini desainnya mengambil bentuk dari SS-1V5 yang ukurannya sangat kompak.
Pertimbangan mengambil bentuk senapan serbu kompak adalah juga mempertimbangkan petugas Bea Cukai yang bekerja di atas kapal Patroli Bea Cukai yang membutuhkan senjata yang kompak untuk dibawa di dalam ruang kapal yang sempit dan juga ringkas dibawa pada saat melakukan perpindahan antar platform.
Perubahan yang dilakukan dari SS-1V5 menjadi SBC-1 dapat dilihat secara kasat mata pada bentuk magasen yang lebih pendek dibandingkan dengan versi magasen STANAG yang berkapasitas 30 peluru.
Magasen pada SBC-1 hanya memiliki kapasitas 20 butir peluru. Setingan penembakan pada SBC-1 juga hanya memiliki pilihan semi otomatis atau S-1, sama seperti Valmet M76W yang digantikannya. Perbedaan lain juga dapat dilihat pada laburan cat pelindung anti karat yang berwarna biru tua, senada dengan warna seragam petugas Bea Cukai.
Perubahan yang tidak kelihatan dibandingkan SS-1V5 namun tidak mudah terlihat adalah pada jenis peluru yang digunakan. Karena tidak boleh sama dengan TNI atau badan penegak hukum lainnya, Pindad menciptakan satu peluru khusus untuk SBC-1.
Jika peluru 5,56x45mm yang digunakan oleh SS-1V5 memiliki kode MU-5TJ, maka SBC-1 menggunakan peluru khusus berkaliber 5,56x44mm ball berkode MU42-TJ.
Kalau melihat dari bentuknya, peluru ini memiliki kepala proyektil yang tumpul. Hal ini menandakan desain kecepatan peluru yang rendah dan jarak efektif yang lebih pendek dibandingkan dengan proyektil 5,56x45mm. Ini juga sesuai dengan kebutuhan DJBC yang melakukan penindakan setelah melakukan verifikasi langsung, tidak perlu menyasar musuh di kejauhan seperti tentara yang maju perang.
Pada saat ditembakkan, perbedaan jenis peluru yang digunakan ini langsung ketahuan. Hentakan yang dihasilkan saat menembakkan SBC-1 jauh lebih lembut dibandingkan sentakan saat menembakkan SS-1V5 yang keras dan kasar karena larasnya yang pendek.
SBC-1 memiliki kecepatan tembak 60 peluru per menit, dan jarak efektif sampai 200 m. Dengan bentuk yang sama seperti SS-1, SBC-1 juga dapat ditambahi dudukan untuk teleskop yang membuat jarak efektifnya mencapai 300 m. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/