An-132 |
Mungkin lelah harus terus bergantung kepada pasokan dari negara-negara sahabat, Arab Saudi kini mulai memikirkan untuk membangun industri dirgantaranya sendiri. Hitung-hitung memenuhi visi 2030 untuk lepas dari ketergantungan akan minyak bumi. Adalah Taqnia Aeronautics Company, anak perusahaan negara Saudi untuk urusan investasi dan pembangunan teknologi yang ditunjuk untuk mengantar Arab Saudi ke gerbang kemandirian aviasi.
Untuk memulainya, Taqnia memilih strategi bekerjasama dengan pabrikan skala internasional, tak beda dengan ketika pertama IPTN berdiri yang menggandeng Casa dan Sud Aviation. Taqnia memilih berpartner dengan perusahaan Ukraina, Antonov, yang terkenal dengan produk pesawat angkutnya.
Antonov menawarkan modernisasi An-32 Cline, pesawat angkut ringan era Perang Dingin yang andal dioperasikan dari landasan pendek. Arab Saudi butuh platform yang cepat direalisasikan, dan Ukraina butuh partner untuk mengembangkan An-32 agar bebas komponen Rusia yang saat ini jadi seteru. Pada Mei 2015, kerjasama pengembangan pun ditandatangani.
Walaupun asalnya pesawat Blok Timur, ternyata Taqnia cukup ambisius. Badan riset King Abul Aziz City for Science & Technology diperintahkan mengintegrasikan sebanyak mungkin komponen buatan Barat ke proyek yang dinamai An-132, sembari menerima transfer teknologi seluruhnya dari Antonov.
Avionik Barat yang dibenamkan mulai dari sistem kokpit Honeywell Primus Epic Integrated Modular Avionics System, kemudian mesin Pratt & Whitney Canada PW150 yang memutar bilah baling-baling Dowty R408 buatan Inggris. An-132 juga menggunakan sistem pendingin udara Liebherr dan perlengkapan oksigen dari Zodiac Aerospace. Sistem buatan Ukraina yang dipertahankan adalah sistem kendali, hidrolik, bahan bakar, dan sistem vital lainnya.
Dari segi bentuk, An-132 mengalami perubahan dari kokpit yang diredesain total sehingga terasa bentuknya kini lebih mirip dengan pesawat Barat. Komponen mesin PW150A juga lebih kecil dibandingkan mesin lama An-32, sehingga terlihat lebih proporsional. Boleh dibilang kalau hanya berdasar hasil bentuk saja, An-132 punya kans di pasar pesawat angkut sedang khususnya di Afrika, Asia Tengah, atau Amerika Selatan yang menyukai pesawat tangguh berharga murah.
Proyek An-132 sendiri berjalan lancar dan Pemerintah Ukraina menaruh banyak perhatian akan hasil kerjasama dua negara ini, terbukti dari kehadiran Presiden Petro Poroshenko dalam penerbangan perdana An-132 dari fasilitas Antonov di Kyiv Svyatoshin pada 31 Maret 2017. Turut serta dalam penerbangan perdana tersebut adalah pilot uji dari Taqnia sendiri.
Sejumlah unit pertama akan diproduksi langsung di Ukraina, sembari mempersiapkan fasilitas produksi di Arab Saudi. An-132 sendiri juga akan diuji secara terpisah di Arab Saudi, terutama terkait kesesuaian kemampuan operasi di wilayah gurun. Pesawat yang mampu mengangkut beban seberat 9 ton atau 75 pasukan bersenjata lengkap ini rencananya akan diproduksi dalam berbagai varian, termasuk untuk patroli maritim AL Arab Saudi dimana avionik khususnya akan disediakan oleh Turki.
Proyeksi total produksinya mencapai 250-300 unit pesawat, dimana jumlah itu akan dibagi antara Ukraina dan Arab Saudi. Arab Saudi sendiri kebagian 18% dari total komponen yang dibuat. AU Arab Saudi sendiri sudah memesan 6 unit pesawat. An-132 dipamerkan di depan publik pertama kali dalam pameran bergengsi Paris Air Show 2017. (Aryo Nugroho)