SIG SG751 SAPR |
Setelah lama bertahan dengan desain klasik, SIG kini melakukan gebrakan dengan mengikuti arus modernisasi. Akankah kehadiran SAPR mampu melariskan penjualan senapan serbu SIG yang mulai tenggelam pamornya?
Jika menganalisa penyebabnya, setidaknya SIG punya 2 hal yang mendorong mereka melahirkan SAPR. Pertama, tren perkembangan senapan serbu yang cenderung dihiasi sistem rail attachment untuk mempermudah pemasangan asesoris. Kalau bicara sistem RIS, jelas keluarga SIG 550 nyaris tidak punya apa-apa untuk ditawarkan. Jikapun ada, paling hanya si bungsu SIG 552 atau 553 yang bisa dipasangi rail, itupun tidak factory installed alias dipasang sejak keluar dari pabrik.
Pengguna masih harus membeli opsi tambahan mounting yang pasti menambah biaya. Alasan kedua, kembali populernya kaliber 7,62 x 51 mm sebagai proyektil pilihan, terutama dengan munculnya fungsi Designated Marksman (DM) alias penembak jitu di sistem militer barat.
Kehadiran kembali M14 dan versi Mk14 mod 0 disusul dengan FN SCAR-H seakan mengawali gelombang naiknya popularitas senapan tempur kaliber 7,62 mm NATO yang bisa untuk tembak jitu ataupun malahan sniper. Gurihnya kue pasar senapan DM tentu tidak bisa dilewatkan begitu saja, apalagi SIG belum punya kandidat untuk kelas 7,62 mm NATO ini.
Untuk menyempurnakan SIG 550, SIG sampai merasa perlu menggandeng firma desain senjata Swiss lainnya, Brugger & Thomet (B&T). B&T sebagai perusahaan senjata yang mengkhususkan dirinya ke dalam pasar persenjataan kelas premium dianggap sesuai untuk diajak berkolaborasi oleh perusahaan sekaliber SIG. Tidak tanggung-tanggung, kolaborasi kedua perusahaan ini diproyeksikan akan menelurkan tiga varian sekaligus, yaitu SAPR (Semi Auto Precision Rifle), SAPK (Semi Auto Precision Karbin) dan SAP-AK (Semi Auto Precision Avtomat Kalashnikov).
Sebagai langkah awal, SIG memodifikasi mekanisme dan receiver milik SIG 550, sehingga mampu diisi peluru 7,62 mm NATO. Perubahan meliputi penggantian lubang magasen sehingga magasen standar SIG yang biasa terpasang kini digantikan dengan magasen M14. Bukan cuma itu, mekanisme juga memperoleh sentuhan dengan memperbesar kamar peluru (chamber), bolt carrier, serta tabung alir gas.
Perubahan ini tak pelak dibutuhkan mengingat kaliber 7,62 mm yang besar memerlukan aliran gas yang maksimal pula untuk membuat senapan berfungsi dengan baik. Pindah ke bagian depan, SIG memasangkan laras heavy barrel 7,62 mm dengan dua pilihan panjang laras. Laras pertama dengan panjang 406 mm yang dikhususkan untuk peranan senapan tempur atau senapan panjang diperuntukkan bagi varian SAPK, sementara laras kedua sepanjang 510 mm diproyeksikan untuk varian sniper SAPR.
Kelar urusan laras dan mekanisme, kini bagian B&T untuk memberikan sentuhan eksternal bagi SAPR. Untuk menjamin bahwa SAPR/K akan memiliki akurasi yang jempolan, B&T merancang free float RIS dengan desain yang benar-benar baru. RIS SAPR/K dengan empat kuadran ini dirancang bisa dilepas menjadi dua bagian, dengan bagian atas yang memiliki extended frame akan menempel di upper receiver (sistem piggy back) sementara bagian bawah diikat di hinge pin lower receiver.
Pisir depan bawaan standar SIG 550 juga dilepas, digantikan dengan QD sight buatan B&T. Dengan adanya free float RIS, pemasangan asesoris seperti bipod tidak akan mempengaruhi akurasi penembakan, ditambah keuntungan mudahnya menempelkan berbagai jenis teleskop yang beredar di pasaran.
Sejauh ini, SIG dan B&T baru menyelesaikan varian SAPR yang kemudian diberikan nama SIG SG751, tentu terinspirasi dari kaliber NATO 7,62x51mm yang digabungkan angkanya, jadilah 751. Sejauh ini, sambutan dan komentar majalah-majalah yang mengulas senjata pun terhitung baik terhadap varian modular SIG 550 ini. Tidak tertutup kemungkinan, keluarga SAPR akan bisa mendominasi pasar senjata kaliber besar dalam waktu yang tidak lama lagi. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com