Story : Mengenal Latihan Tempur Udara F-5 TNI AU di Eranya - Radar Militer

25 Maret 2018

Story : Mengenal Latihan Tempur Udara F-5 TNI AU di Eranya

 F-5 TNI AU
 F-5 TNI AU 

Bicara tentang pesawat tempur F-5 yang pernah dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara dan kini telah dipensiunkan, maka kita mulai dengan tahun kedatangan pesawat buatan Nortrhop Corporation, Amerika Serikat itu di Tanah Air.
Indonesia membeli 16 unit F-5 dari Amerika Serikat terdiri dari 12 F-5E (kursi tunggal) dan 4 F-5F (kursi tandem). Batch pertama F-5E/F Tiger II tiba di Lanud Iswahjudi, Madiun pada 12 April 1980 menggunakan pesawat angkut C-5A Galaxy milik AU AS.
Pesawat kemudian dirakit ulang oleh para teknisi pabrikan Northrop dibantu oleh para teknisi TNI AU yang telah dikirim belajar ke AS untuk program pengadaan pesawat F-5.
Pada 28 April 1980 pukul 14.35 WIB, pesawat pertama yakni F-5F nomor ekor TL-0514 berhasil melakukan penerbangan uji dengan pilot Kapten Bill Edward dan Kapten Tom Danielson. TL merupakan kependekan dari Tempur Latih sebagaimana fungsi jenis ini untuk melatih para penerbang F-5 TNI AU.
Selanjutnya, F-5E nomor ekor TS-0501 menyusul melakukan penerbangan uji. TS merupakan kependekan dari Tempur Strategis/Tempur Sergap. Namun berikutnya, kodel TL dan TS pada F-5 ini selanjutnya diseragamkan lagi semuanya menjadi TS pada tahun 2000.
Pengiriman batch kedua pesawat F-5E/F ke TNI AU dilaksanakan pada Juli 1980, juga diangkut menggunakan pesawat Galaxy AU AS.
Penggunaan F-5E/F di jajaran dinas TNI AU, khususnya Skadron Udara 14 Wing 300, diresmikan pada 5 Mei 1980 oleh Menhankam/Pangab saat itu Jenderal TNI M. Jusuf. Pesawat F-5 yang difungsikan sebagai pesawat interceptor (buru sergap) itu menggantikan peran F-86 Avon Sabre yang telah digunakan TNI AU sejak tahun 1973.
F-86 yang digunakan TNI AU sejak 1973 memang bukan pesawat baru, melainkan pesawat bekas pakai AU Australia. TNI AU mengoperasikan 25 F-86 Avon Sabre, lima di antaranya hibah dari Malaysia tahun 1976.
Perlu juga diketahui, dalam paket pengadaan F-5 dari AS itu, TNI AU mengirimkan tiga penerbang F-5 pertamanya ke Paman Sam. Ketiganya adalah Mayor Pnb Holki Basah Kartadibrata (yang kemudian menjadi komandan pertama Skadron F-5 TNI AU), Mayor Pnb Budihardjo Surono, dan Kapten Pnb Lambert Silooy.
Akan tetapi, dikarenakan Lambert Silooy sakit menjelang pemberangkatan, maka posisinya kemudian digantikan oleh Kapten Pnb Zeky Ambadar. Zeky menyusul kedua seniornya ke Amerika pada 19 Januari 1980, sementara kedua seniornya itu sudah berangkat duluan pada 5 Desember 1979.
Ketiga penerbang TNI AU menjalani pendidikan F-5 di 425th Tactical Fighter Training Squadron di bawah jajaran William AFB, Arizona. Mereka melaksanakan penerbangan transisi (12 jam/30 hari), pertempuran udara (20,7 jam/44 hari), dan penyerangan sasaran darat (5,5 jam/11 hari) menggunakan pesawat F-5B dan F-5E/F.
Total pendidikan terbang dilaksanakan selama 39,2 jam/85 hari. Akhir Mei 1980 ketiga penerbang lulus dari pendidikan di Arizona dan kembali lagi ke Indonesia menjadi instruktur F-5 untuk melatih penerbang Macan.
Holki yang kemudian menjadi komandan pertama F-5 TNI AU menerapkan pendidikan standar tinggi kepada para penerbang baru, sehingga hasil didikan menjadi penerbang tempur F-5 yang handal. Bahkan, latihan penembakan pun tidak hanya dilaksanakan di Madiun, melainkan dilaksanakan hingga ke Palembang, Padang, Pekanbaru, Medan, Natuna, dan seterusnya hingga ke Biak dan Timor-Timur kala itu.
Dari BFM hingga DACT
Latihan pertempuran udara dibagi ke dalam beberapa tahapan. Di antaranya, tahap pertama melaksanakan bacis fighter maneuver (BFM). Ini merupakan latihan dasar pertempuran udara satu lawan satu. Dalam tahapan ini penerbang tempur diajari bagaimana menyerang, bertahanan, menghindar, bersembunyi, dan sebagainya.
Penerbang dikenalkan bagaimana cara meluncurkan rudal AIM-9 P2 maupun menembakkan senapan mesin M-39 yang melengkapi F-5.
Latihan kedua adalah air combat maneuver (ACM). Latihan ini mengaplikasikan setiap teknik dasar yang sudah didapatkan dalam BFM dan tingkat kesulitannya lebih tinggi.
Latihan ketiga adalah air combat tactic (ACT). Dalam latihan ini penerbang sudah mahir menggunakan teknik dan taktik individu.
Latihan keempat adalah air to air Taxan atau penembakan sasaran Dart di udara menggunakan peluru tajam. Latihan ini biasa dilaksanakan Skadron Udara 14 di atas Pantai Pacitan, Jawa Timur.
Ada pula latihan berikutnya, yaitu Penembakan Atas Permukaan. Yakni latihan yang dilaksanakan dalam rangka misi serangan terhadap target darat/laut. Intinya merupakan latihan pengeboman menggunakan bom-bom lepas bebas dan roket FFAR.
Latihan berikutnya adalah latihan tambahan seperti latihan terbang formasi, aerobatik, terbang instrumen, terbang malam, dan terbang navigasi.
Setiap tahunnya, juga dilaksanakan latihan dissimilar air combat tactical (DACT) dengan melibatkan jumlah pesawat yang lebih banyak dan taktik pertempuran yang lebih sulit lagi. (Roni Sontani)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb