Jam terbang pesawat-pesawat udara Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal), memang tidak diragukan lagi. Berbagai operasi perang dan non perang telah dilalui.
Sebagai satuan yang bertugas mendukung operasi angkatan laut, baik untuk operasi tempur, operasi SAR maupun operasi bantuan kemanusiaan, burung-burung besi milik TNI AL ini seolah tidak hentinya menghiasi udara.
Namun, sudah puluhan tahun ini pula, hampir tidak terdengar ada pesawat TNI Angkatan Laut yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas negara. Lantas apa rahasia dibalik nihilnya kecelakaan tersebut?
![]() |
Fasharkan Pesud Puspenerbal |
Kepala Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Pesawat Udara (Fasharkan Pesud), Kolonel Laut (T) Bambang Yunianto, mengungkapkan, bahwa daur hidup atau life cycle dari pesawat udara harus tetap dipertahankan dengan cara melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala.
"Kuncinya ada bebera hal, bahwa pemeliharaan pesawat udara itu terdiri dari manusianya itu sendiri,"katanya kepada sindonews.com, Kamis (30/1/2020).
Manusia atau teknisinya harus terlatih dan tentunya sudah melalui jenjang pendidikan dari tingkat dasar. Flat Enginer atau teknisi yang berdinas TNI AL, kata Bambang, rata-rata pernah sekolah maupun kursus dasar teknik di sekolah-sekolah penerbangan.
"Jadi dasar-dasar sekolah itu sudah ada sehingga mereka menguasai pemeliharaan, karena perangkat lunak atau sofware dari pesawat udara itu sendiri berupa maintenence manual yang terdiri dari panduan-panduan berupa bahasa inggris. Kita harus tahu dan menguasai maintenence manual itu untuk memandu pemeliharaan pesawat udara," tuturnya.
Selain manusia, lanjutnya, hal yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan suku cadang. Dukungan ini betul-betul tidak boleh main-main karena bunyinya pesawat adalah detik. "Jadi kalau dikapal ada kerusakan masih bisa mengapung, kalau pesawat ada kerusakan tetunya akan membawa accident," kata dia.
Meski puluhan tahun nihil kecelakaan, Bambang mengakui bukan berarti pesawat-pesawat udara dibawah pemeliharaannya tidak pernah eror. Selama ini yang terjadi hanya kecil kemungkinan pada penunjukan yang miss atau split dan tidak fatal.
"Alhamdulillah puluhan tahun ini tidak ada kecelakaan, mudah-mudahan tidak terjadi," ucapnya.
Sebagai satuan yang memiliki tugas melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan pesawat udara, fasilitas pendukung serta material udara Puspenerbal, Fasharkan Pesud menerapkan dua metode pemeliharaan yakni preventif dan korektif.
Preventif adalah perawatan terhadap pencegahan apabila pesawat itu sudah melaksanakan terbang selama 100 jam. Pelaksanakan pemeliharaan pencegahan ini dikenal dengan periodical inspection. Disitu ada pemeliharaan seratus, dua ratus dan sebagainya.
"Kemudian untuk pemeliharaan secara korektif adalah pemeliharaan apabila terjadi kerusakan. Itu untuk menghindari Incident maupun Accident ditempat kita," papar Bambang.
Selain itu juga ada beberapa tingkatan pemeliharaan yang diterapkan oleh Fasharkan. Diantaranya ada pemeliharaan pesawat yang periodik atau dikenal dengan pemeliharaan berkala, pemeliharaan tingkat ringan, menengah maupun tingkat depo.
Tingkat ringan merupakan pemeliharaan berkala tingkat satu, dua dan tiga. Tingkat satu membutuhkan waktu perawatan selama tujuh hari, tingkat dua selama 14 hari, dan tingkat tiga para teknisi melaksanakan perawatan selama 21 hari. Sedangkan untuk tingkat depo atau tingkat empat sampai dengan dua bulan.
"Pemeliharaan di tempat kami ini adalah pemeliharaan tingkat depo, kalau tingkat organik dilaksanakan di skuadron udara masing-masing," tandasnya.(Ali Masduki)
Sumber : sindonews.com