Pesawat Tempur Su-35 Vietnam |
Keberhasilan Rusia di Suriah membuat dunia tertarik pada senjata baru yang diujicobakan disana, termasuk pesawat tempur Su-35. Vietnam dikatakan ingin membeli satu skuadron Su-35, menurut surat kabar Kommersant.
Kategori Keuangan Kommersant pada tanggal 28 Maret, mengutip sumber-sumber dari Badan Kerjasama Militer-Teknis Rusia (Federal Service for Military-Technical Cooperation - FSMTC, dalam bahasa Rusia, Federalnaya sluzhba po voyenno-tekhnicheskomu sotrudnichestvu - FSVTS) baru-baru ini, bahwa badan tersebut telah menerima banyak permintaan dari negara Afrika dan Asia yang ingin membeli pesawat tempur baru Rusia, dan nilai kontraknya jauh melebihi biaya yang dihabiskan Rusia untuk berperang di Suriah.
FSMTC mengatakan pada Desember 2015, bahwa Aljazair telah memesan 12 pesawat pembom tempur Su-32 (versi ekspor dari Su-34), dengan harga minimal 600 juta USD. Aljazair juga meminta dikirimkan satu pesawat tempur Su-35 ke Tamanrasset untuk dilakukan pengujian pesawat serta peralatannya. Kommersant mengatakan bahwa Aljazair akan membeli tidak kurang dari 10 pesawat Su-35 dan kontraknya bernilai setidaknya 850-900 juta USD.
"Su-35 telah menarik perhatian Indonesia, Vietnam dan Pakistan. Indonesia dan Vietnam menginginkan Su-35 sebagai tambahan armada Su-30MK2 yang dipesan sebelumnya. Jakarta mengatakan akan membeli sekitar 10 pesawat, sedangkan Hanoi sedang dalam pembicaraan untuk membeli satu skuadron Su-35 ", kata sumber dari FSMTC kepada Kommersant. Sebuah skuadron biasanya terdiri dari 12 pesawat.
Kontrak Vietnam dan Indonesia jika tercapai akan bernilai miliaran USD per kontraknya.
Pakistan juga mungkin akan memesan 6 pesawat Su-35 (senilai sekitar US$ 500 juta).
Selain pesawat tempur, peralatan Rusia lain menunjukkan kemampuannya dalam perang Suriah juga menarik klien internasional.
Helikopter bersenjata Mi-28NE dan pesawat angkut Il-76 untuk Aljazair, helikopter Ka-52 untuk Mesir, dan terutama T-90 yang menarik negara-negara Teluk setelah pemberontak di Suriah menggunakan rudal TOW menghantam sebuah tank T-90 Pemerintah Suriah tanpa menghancurkannya.
Sistem rudal pertahanan udara jarak jauh S-400 juga menjadi perhatian Arab Saudi.
Total nilai kontrak untuk pembelian senjata baru, jika tercapai, akan bernilai 6-7 miliar, melebihi biaya sebanyak 33 miliar rubel (480 juta) yang dihabiskan Rusia untuk berperang di Suriah.
Singkatnya, setelah 6 bulan berperang di Suriah, Rusia telah menggunakan taktik "menembak satu panah kena dua burung". Dimana disatu sisi melatih kemampuan tempur pasukannya di medan perang, di sisi lain senjata baru yang kuat menarik perhatian pelanggan, menurut Kommersant mengutip seorang pejabat pertahanan.
Sumber : http://todaynews24h.com/