Profil Ryke Rhimadila |
Ryke merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 2009 dan merupakan Angkatan ke-6 Taruni Akpol. Ryke sendiri merupakan lulusan Akpol dengan latar belaakng sarjana. Pada saat itu Polri membuka kesempatan tidak hanya kepada lulusan SMA, tapi juga sarjana S1 untuk masuk Akpol. Tahun 2007 itu, Akpol menerima 230 masukan sarjana dan 70 masukan SMA.
Saat ini Ryke dipercaya mengabdi di almamaternya sebagai Kepala Satuan Taruna di Akpol. “Saya berharap bisa berbagi pengalaman selama berdinas selama ini terutama di Brimob,” ujar Ryke.
“Akpol dari sarjana dibutuhkan karena dianggap lebih dewasa untuk menghadapi situasi di masyarakat,” jelas Ryke yang menambahkan saat itu diterima 50 perempuan untuk menjadi taruni Akpol. Perekrutan asal sarjana untuk Akpol hanya berlangsung dua kali, 2007 dan 2008.
“Saya masuk Akpol atas keinginan sendiri, kebetulan ayah saya Tamtama Polisi, jadi ada keinginan membahagiakan orang tua dan ingin membuktikan bahwa wanita juga bisa masuk ke Akpol tanpa bantuan siapapun,” akunya.
Di wisuda tahun 2009, 66 orang masuk Brimob dengan dua di antaranya perempuan yaitu Ryke Rhimadila dan Iptu Yokbeth Wali. Sempat bingung di awal masuk Brimob, namun lama kelamaan Ryke mulai menyenangi pekerjaannya dan malah lulus sekolah terjun payung Polri tahun 2010.
“Penempatan di Brimob adalah jalan Tuhan, saya dipilih. Kenapa saya dimasukkan di sini, itu adalah proses, bahwa saya harus belajar, bahwa yang saya hadapi bukan lagi kejahatan biasa seperti maling tapi adalah terorisme dan konflik berintensitas tinggi,” beber Ryke.
Agar sah sebagai keluarga besar Brimob, Ryke harus melalui pendidikan pembentukan Brimob di Pusdik Brimob Watukosek, Jawa Timur. Ia menjadi satu-satunya perempuan di antara 60 Polki (polisi laki-laki). Beratnya medan di Pusdik dilalui Ryke. “Saya tidak mau mengeluh. saya harus survive. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah,” yakin sarjana Hukum Universitas Jember ini.
Saat dipercaya sebagai Pasiops Den B Jibom Gegana, ia membawahi staf.“Saya operator bom,” katanya.
Saat itu Ryke pernah memimpin tim di Hotel Pacific Place, pengamanan untuk RI-1 dan RI-2 dan mengikuti seminar teknisi bom se-Asia selama 4 hari di Filipina. “Sebagai Pasiops, saya bertanggung jawab mengoperasikan dan menggerakan unit-unit di Den B.”
Di lingkungan Korps Brimob, penugasan Polwan memang masih terbatas. Saat itu saja jumlah Polwan di Mako Korps Brimob hanya 34 orang yang rata-rata di staf. Tidak sampai 10 orang yang berada di unit operasional. Padahal tugas-tugas terkait kejahatan berintensitas tinggi seperti terorisme, juga membutuhkan kehadiran Polwan Brimob ketika toh ada pelaku perempuan sehingga dibutuhkan personel perempuan juga.
Terkait hari Kartini, Ryke berpesan kepada semua perempuan Indonesia bahwa setiap pekerjaan pasti ada risikonya, tinggal bagaimana kita mampu menyikapinya. Sebagai anggota Brimob risiko itu bisa diminimalisir dengan berlatih. Dan sebagai perempuan, tiada pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan apabila kita punya niat dan kemauan serta ketekunan. “Kita bisa melakukan semua pekerjaan dan kesuksesan pasti menyertai mereka yang mencintai pekerjaannya,” tutur Ryke.
Menurut seorang perwira Brimob saat itu, Ryke Rhimadila adalah perempuan Indonesia pertama yang ditempatkan di satuan elite seperti Gegana. “Ia mengikuti pendidikan pembentukan serupa dengan polisi laki-laki,” bisiknya. (Beny Adrian)
Sumber : http://angkasa.co.id/info/profil-info/perempuan-pertama-penjinak-bom-gegana-polri/