Rudal C-802 |
Dalam sekejap, rudal C-802 (kode NATO: SS-8 Saccade) buatan China langsung naik daun dan menghiasi pemberitaan berbagai media di dunia. Betapa tidak, hanya dalam waktu satu minggu, rudal ini sudah ditembakkan sampai lima kali ke arah kapal perang Arab Saudi dan Amerika Serikat, dengan mencatatkan kesuksesan hancurnya kapal angkut catamaran HSV-2.
Sebelumnya, satu tahun lalu tiga kapal perang Arab Saudi pun jadi korban rudal C-802, yaitu korvet kelas Baynunah dan satu kapal angkut militer YunBou yang karam pada akhir Oktober 2015. Jika ditarik mundur lagi, korvet AL Israel INS Hanit pun sukses dihantam oleh C-802 yang diluncurkan oleh gerilyawan Hezbollah, walau tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Di Indonesia, KCR (Kapal Cepat Rudal) dari kelas Todak (FPB57 Nav V) dan PKR (Perusak Kawal Rudal) kelas Ahmad Yani (Van Speijk Class Frigate) tercatat sudah diperlengkapi dengan rudal buatan China tersebut.
Lalu bagaimana C-802 bisa mendunia? Rudal anti kapal ini didesain oleh China Hai Ying Electro Mechanical Technology Academy (CHETA) pada dekade 1970an dengan nama YJ-8. Fokus Tiongkok pada saat itu adalah pengembangan rudal anti kapal dengan kemampuan terbang rendah di atas permukaan laut. Hubungan yang dingin dengan Uni Soviet menyebabkan Tiongkok berpaling kepada Perancis yang pada akhir 1970an dengan senang hati memasok beragam sistem senjata buatannya, termasuk teknologi rudal anti kapal MM-38 Exocet.
Kopian pertama dari Exocet yang diterima oleh PLAN (People’s Liberation Army Navy) adalah Ying Ji 8 (YJ-8). YJ-8 didesain sama dengan Exocet, dengan desain silinder memanjang dan kepala rudal ogif. Koreksi arah disediakan oleh empat sirip ekor dan empat sirip utama, plus empat sirip sekunder di depan sirip ekor. Saat berada dalam kotak, sayap-sayap ini terlipat memeluk tubuh rudal.
Dengan jarak efektif mencapai 50-80km, YJ-8 memiliki kemampuan untuk menghantam kapal perang di balik garis horison. Syaratnya, ada sistem baik itu radar maupun pesawat terbang yang dapat memberikan baringan dan koordinat sasaran untuk diinput secara manual ke dalam otak prosesor YJ-8. Kalau sudah, kapal perang pembawa tinggal melakukan manuver agar kotak peluncur (launcher pack) mengarah ke sasaran agar rudal tak sulit berbelok. YJ-8 pun akan melesat menembus penutup kotak dengan bantuan booster di ekor rudal hingga mencapai kecepatan Mach 0,9.
Setelah booster habis, propelan padat di badan rudal akan mengambil alih untuk mentenagai rudal. Sistem autopilot dan kendali inersial akan menuntun rudal ke sasarannya, sementara sistem radio altimeter akan menjaga ketinggian rudal agar tetap meluncur sedikit di atas permukaan laut.
Setelah rudal memasuki fase akhir peluncuran, barulah radar mono pulse di kepala rudal diaktifkan untuk mencari dan menjejak sasaran. Sistem radar ini akan berputar dan terus melakukan scanning di permukaan untuk menemukan sasaran di sekitar.
Setelah mendapatkan sasaran yang paling sesuai dengan ukuran terbesar, maka YJ-8 akan mengurangi ketinggian sampai tinggal 5-7 meter di atas permukaan laut, dan terus turun sampai benar-benar sejajar permukaan laut pada jarak 1-2 kilometer dari sasaran. Jurus sea skimming ini diterapkan selain untuk menghindari deteksi radar, juga untuk menimbulkan kerusakan substruktur sehingga air laut bisa masuk ke lubang yang ditimbulkan ledakan, dan diharapkan dapat menenggelamkan kapal.
Untuk melakukan tugas penghancuran, YJ-8 dilengkapi dengan hululedak EFP (Explosively Formed Penetrator), yang menempatkan sejumlah kerucut peledak yang menyudut dan memberikan cakupan 360o. Saat menumbuk dinding kapal, kepala rudal akan mengorbankan dirinya untuk merobek dinding kapal membuka jalan bagi hululedak untuk meluncur masuk ke dalam kapal.
Saat meledak, tiap kerucut ini akan membentuk larik panas shaped charge yang meluncur ke segala arah dan menghancurkan material yang ada di lintasannya. Oleh karena sifatnya yang mampu menghantam ke segala arah itulah lubang dan kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar dibandingkan dengan diameter rudalnya sendiri.
China sendiri kemudian mengembangkan YJ-8 menjadi YJ-82 yang kemudian dinamai menjadi C-802. Perubahan yang dilakukan adalah penggantian tipe bahan bakar, dari yang tadinya propelan solid menjadi bahan bakar cair pada YJ-82/C-802. Jarak efektif pun terdongkrak, dari 80km pada YJ-8, menjadi 120-150km pada C-802. China sendiri terus mengembangkan rudal C-802 menjadi beragam versi, termasuk YJ-83/ C-803 dengan jarak efektif 250km. China menjual ke berbagai negara yang mau membeli, salah satunya Iran yang membeli 60 unit C-802 sebelum dihentikan karena tekanan AS.
Iran kemudian melakukan reverse engineering terhadap C-802 dan membuat kopian lokal bernama Noor/ Qader, lengkap dengan motor roket Toloue-4 buatan dalam negeri. Di tangan Iran, rudal C-802/ Noor dibuat memiliki kemampuan luncur dari platform truk, dan Iran pun secara klandestin memasoknya ini bagi pemberontak Houthi.
Rudal-rudal inilah yang ditengarai menebar momok bagi kapal-kapal yang melintasi selat Bab al-Mandeb yang strategis. Terakhir, TNI AL dikabarkan akan menggelar latihan militer kedua di tahun 2016, yang salah satu kegiatannya adalah penembakan rudal C-802 oleh KRI Layang-805 setelah ‘kegagalan’ peluncuran rudal C-705 dalam latihan Armada Jaya XXXIV/2016. (Aryo Nugroho)
Spesifikasi C-802
- Bobot : 715kg (Take Off); 520kg (Cruise)
- Panjang : 6,4 meter
- Hulu ledak : TNT 165kg
- Bentang sayap : 0,72 meter
- Kecepatan : 0,8 – 0,9 Mach
- Pemandu : Inersial dan radar
Sumber : http://angkasa.co.id/