Patroli Myanmar |
Negara Bagian Rakhine, Myanmar, dilanda gelombang kekerasan baru selama akhir pekan dengan lebih dari 30 pemberontak tewas dalam dua hari pertempuran.
Kantor berita Agence France-Presse, Senin (14/11/2016) melaporkan, Rakhine utara, basis minoritas Rohingya dan berbatasan dengan Bangladesh, berada dalam kontrol ketat aparat sejak insiden menewaskan tentara, Oktober lalu.
Tentara telah menembak mati banyak orang dan menangkap puluhan lainnya dalam dalam operasi militer memburu para pemberontak.
Kelompok yang diburu, menuru pemerintah, adalah militan Rohingya yang teradikalisasi oleh kelompok garis keras di luar negeri.
Krisis dan laporan adanya pelanggaran HAM berat yang dilakukan bersamaan dengan tindakan keras keamanan telah memicu tekanan internasional terhadap pemerintah sipil baru Myanmar.
Situasi yang tenang telah berubah menjadi kacau ketika tentara mengatakan, enam penyerang dan dua tentara tewas dalam serangkaian terkoordinasi, Sabtu (12/11/2016).
Jumlah korban tewas melonjak tinggi hingga menjadi puluhan orang tewas setelah bentrokan mematikan itu terjadi kembali pada Minggu (13/11/2016).
Dalam sebuah pernyataan, militer Myanmar mengatakan, 22 penyerang bersenjatakan pedang tewas di dekat desa Dar Gyi Zar, Minggu pagi, setelah mereka dihadang tentara.
Enam gerilyawan lainnya tewas dalam bentrokan di tempat lain di negara bagian yang sama pada hari Minggu, demikian pernyataan militer Myanmar, Senin ini.
Pihak berwenang telah membatasi akses ke daerah konflik, sehingga sulit untuk mendapatkan verifikasi secara independen atas laporan tersebut.
Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2016/11/14/15340821/puluhan.pemberontak.myanmar.tewas.dalam.dua.hari.
Kantor berita Agence France-Presse, Senin (14/11/2016) melaporkan, Rakhine utara, basis minoritas Rohingya dan berbatasan dengan Bangladesh, berada dalam kontrol ketat aparat sejak insiden menewaskan tentara, Oktober lalu.
Tentara telah menembak mati banyak orang dan menangkap puluhan lainnya dalam dalam operasi militer memburu para pemberontak.
Kelompok yang diburu, menuru pemerintah, adalah militan Rohingya yang teradikalisasi oleh kelompok garis keras di luar negeri.
Krisis dan laporan adanya pelanggaran HAM berat yang dilakukan bersamaan dengan tindakan keras keamanan telah memicu tekanan internasional terhadap pemerintah sipil baru Myanmar.
Situasi yang tenang telah berubah menjadi kacau ketika tentara mengatakan, enam penyerang dan dua tentara tewas dalam serangkaian terkoordinasi, Sabtu (12/11/2016).
Jumlah korban tewas melonjak tinggi hingga menjadi puluhan orang tewas setelah bentrokan mematikan itu terjadi kembali pada Minggu (13/11/2016).
Dalam sebuah pernyataan, militer Myanmar mengatakan, 22 penyerang bersenjatakan pedang tewas di dekat desa Dar Gyi Zar, Minggu pagi, setelah mereka dihadang tentara.
Enam gerilyawan lainnya tewas dalam bentrokan di tempat lain di negara bagian yang sama pada hari Minggu, demikian pernyataan militer Myanmar, Senin ini.
Pihak berwenang telah membatasi akses ke daerah konflik, sehingga sulit untuk mendapatkan verifikasi secara independen atas laporan tersebut.
Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2016/11/14/15340821/puluhan.pemberontak.myanmar.tewas.dalam.dua.hari.