F-16A/B Netz |
Angkatan Udara Israel (Heyl Ha’avir - Israeli Air Force) memensiunkan F-16A/B Netz terakhirnya dalam upacara resmi pada 26 Desember 2016 di Pangkalan Udara Ouvda di Israel Selatan. Upacara ini menandai akhir dari 36 tahun karier gemilang, terhitung sejak empat unit F-16 Block 10 pertama tiba di Israel pada 2 Juli 1980 di Pangkalan Udara Ramat David dan masuk dinas aktif di 117 Squadron. F-16A/B pertama yang datang melalui program Peace Marble I ini merupakan stok F-16 yang tadinya akan diserahkan kepada Iran namun batal karena rezim Pahlevi dijatuhkan.
“Hari ini kita menutup lembaran akhir dari Netz di dalam AU Israel,” ujar Letkol Udi, komandan 115 Squadron “Flying Dragon” yang merupakan skadron terakhir yang masih menerbangkan varian Netz. Komandan Pangkalan Ouvda, Kolonel Itamar juga mengucapkan hal yang kurang lebih sama, “Hari ini kita mengucapkan selamat tinggal pada pesawat yang luar biasa, yang seolah diciptakan oleh seorang artis, pesawat tempur yang cocok dengan misinya seperti sarung tangan.”
Peranan F-16A/B Netz di dalam AU Israel memang tidak lagi ditaruh di garis depan seperti pada dekade 1980an sampai 1990an, dan sudah digeser fungsinya sebagai pesawat latih lanjut untuk melatih pilot dan WSO (Weapons System Officer) dalam program CTC (Combat Training Course) dan ACTC (Advanced Combat Training Course). Perubahan peran ini dimulai sejak tahun 2000, terutama setelah AU Israel mulai menerima armada F-16I Sufa yang dipesannya dari Amerika Serikat. Peran latih lanjut dari F-16A/B ini akan digantikan oleh Aermacchi M-346 Master yang mulai diterima sejak 2 tahun lalu.
F-16 A/B Netz yang dibeli Israel memang benar-benar merubah peta pertempuran udara di Timur Tengah. Jika pada era 1960an Israel yang mengandalkan pesawat pencegat seperti Mirage IIIC, IIICJ, dan Nesher yang sangat mengandalkan kelihaian pilot untuk melawan MiG-MiG negara Arab, F-16 merubah segalanya. F-16 sebagai produk dari Fighter Mafia memang dibangun sebagai pesawat tempur yang ringan, mudah diterbangkan, memiliki tenaga besar serta avionik dan persenjataan canggih dengan segera mendominasi pertempuran. Dengan rasio TWR (Thrust Weight Ratio) melebihi 1, F-16 menjadi satu dari sedikit fighter di dunia yang memiliki kelincahan yang tak tertandingi.
Belum pernah ada pesawat tempur seperti F-16 yang dapat menjatuhkan lawan-lawannya dengan relatif mudah bermodalkan rudal udara-udara jarak dekat AIM-9 Sidewinder, dan hanya dalam satu tahun, Netz yang diterbangkan oleh Letnan Rafi Berkovitch sudah mencatatkan kill pertama dengan menembak jatuh helikopter Mi-8 milik Suriah. Salah satu dari F-16 tersebut, Netz 107, mencatatkan kill bersejarah saat diterbangkan Zeev Raz dengan menembak jatuh MiG-23 Flogger AU Suriah di atas lembah Bekaa.
Netz 107 ini kemudian juga menjatuhkan tiga MiG-23 lainnya dan dua Su-22 Fitter, plus satu heli Gazelle sehingga menjadi F-16 dengan angka kill tertinggi. Keberhasilan F-16 menjatuhkan MiG-23 tersebut turut mematahkan mitos MiG-23 sebagai pesawat tempur tanpa tanding dari Blok Timur, dan ikut andil dalam melariskan penjualan F-16 ke negara-negara NATO yang secara tradisional merupakan operator dari produk Inggris dan Perancis. Netz 107 bahkan kemudian masih ikut serta pula dalam operasi Opera/ Babylon pada 7 Juni 1981 yang merupakan misi rahasia AU Israel untuk menghancurkan reaktor nuklir Osirak milik Irak. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/