M72 LAW |
Bagi Anda yang eksis di dekade 90-an mungkin masih teringat serial “Tour of Duty,” film ini menampilkan epic Perang Vietnam yang dilakoni beberapa personel US Army. Selain menampilkan senapan serbu M16 dan helikopter UH-1 Huey, ikon senjata yang kerap tampil di film tersebut adalah roket anti tank M72 LAW (Light Antitank Weapon). Senjata anti tank ini memang super ringan, bobot peluncur berikut roketnya hanya 5 kg. Indonesia pun disebut-sebut sebagai salah satu negara pengguna M72 LAW.
Meski sampai saat ini belum ada foto yang memperlihatkan M72 LAW dipegang oleh personel TNI, namun situs Wikipedia.org dan Defence.pk menyebut bahwa Indonesia adalah salah satu pengguna senjata ini di Asia. Jika informasi tersebut benar, maka koleksi roket anti tank TNI tambah beragam, pasalnya untuk jenis roket anti tank dengan peluncur disposable (sekali buang) sudah ada C90-CR dan Armbrust. Bahkan meski belum bisa dikonfirmasi, ada yang menyebut roket anti AT-4 buatan Swedia juga telah dimiliki TNI.
Selain bobot ringan dan desain kompak, apa lagi yang menarik dari roket anti tank ini? M72 LAW mudah diopersikan oleh prajurit reguler sekalipun. Untuk menyiapkan peluncur roket ke kondisi siap tembak, penembak tinggal menarik pin yang mengunci penutup tabung disisi belakang. Tabung M72 LAW kemudian direntangkan dengan menarik rumah pisir pejera kea rah berlawanan. Saat tabung tertarik, maka mekanisme picu ikut terkokang. Tiang pisir pejera naik dengan sendirinya, dan penembak tinggal menyesuaikan garis-garis pada pisir dengan tiang pejera dan memperkirakan jarak antara posisinya dengan sasaran. Setelah penembak meyakini gambar sasaran, penembak melepaskan picu pengaman dan menekan pelatuk.
Proses yang terjadi di dalam tabung, tertekannnya picu melepaskan tekanan pegas yang kemudian mendorong pena pemukul ke depan, memukul primer perkusi yang memicu terbakarnya batang-batang propelan, pada akhirnya mampu menghasilkan gas bersuhu 760 derajat Celcius dan mendesak roket terlontar keluar. Saat roket telah lepas dari tabung fiberglass, enam sirip stabilizer langsung mengembang dan terbuka, menghantarkan roket ke sasaran dengan kecepatan 200 meter per detik.
Meski sedari awal diakui tak mumpuni untuk melibas MBT (Main Battle Tank), namun karena alasan praktis dan ringan, M72 LAW masih tetap awet digunakan sampai saat ini. Karena alasan praktis inilah M72 LAW disukai oleh banyak pasukan khusus. Sifat peluncur yang dibuang setelah digunakan tentu amat disukai oleh prajurit yang tak perlu menenteng-nenteng peluncur. Satu hal lagi, tabung peluncur kedap air, sehingga tak perlu perawatan berarti. Jika nasibnya dianggap bukan senjata efektif untuk MBT, M72 LAW masih cukup topcer untuk menggasak ranpur lapis baja lainnya. Dalam konteks Perang Vietnam misalnya, M72 LAW justru lebih kondang sebagai senjata penghancur perkubuan infanteri lawan.
Dalam laga Perang Vietnam di tahun 1968, M72 LAW dikabarkan berhasil menjegal laju tank amfibi PT-76 milik Vietnam Utara. Kemudian di tahun 1972, Pasukan Khusus Israel Shayetet 13 berhasil menenggelamkan KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class milik AL Mesir. Sebelumnya Komar Class AL Mesir telah menenggelamkan kapal perang Israel INS Eliat dengan rudal Styx. Sebagai informasi, TNI AL di era 60-an pernah mengoperasikan KCR Komar Class berikut rudal anti kapal Styx.
Dalam berbagai varian, M72 LAW sampai saat ini masih dioperasikan banyak negara, bahkan AS pun masih mengimpor ribuan unit senjata ini pada tahun 2009. Roket anti tank ini dibandrol per unitnya hanya US$2.700 untuk varian M72A7. Dalam paket penjualan, roket yang telah diproduksi tiga negara ini ditwarkan dalam kemasan tabung terpadu. Roket anti tank disposable ini tak butuh perawatan khusus, hanya saja senjata ini ada shelf life-nya, yakni 20 tahun. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi M72 LAW :
- Kaliber: 66 mm
- Diameter tabung: 72 mm
- Bobot peluncur: 3,45 kg
- Bobot roket: 1,8 kg
- Kecepatan luncur: 200 meter per detik
- Jarak tembak maksimum: 1.000 meter
- Jarak tembak efektif: 350 meter
- Jarak tembak minimum: 15 meter
- Kemampuan penetrasi lapisan baja: 150 mm
Sumber : http://www.indomiliter.com/