DTI Meluncurkan Panser Amfibi AAPC untuk Marinir Thailand - Radar Militer

06 November 2017

DTI Meluncurkan Panser Amfibi AAPC untuk Marinir Thailand

 Panser Amfibi AAPC
 Panser Amfibi AAPC  

Institut Teknologi Pertahanan Nasional Thailand atau lebih dikenal dengan DTI diketahui memiliki proyek panser 8x8 bersandi Black Widow, yang dibuat dengan asistensi Singapura dan Israel. Panser 8x8 memang sedang jadi tren besar di Asia Tenggara, dengan masing-masing negara memiliki proyek pengembangannya sendiri seperti Gempita Malaysia dan Terrex dari Singapura.
Nah, baru-baru ini, DTI dan Chawalit Public Company Ltd. Memamerkan ke hadapan publik bentuk dari panser amfibi baru yang disebut AAPC (Amphibious Armored Personnel Carrier) dengan konfigurasi 8x8. Alih-alih menggunakan dasar platform Black Widow, panser yang baru ini malah dibangun dengan konfigurasi yang makin mirip dengan panser Terrex buatan Singapura.
Hal tersebut bisa dilihat dari konfigurasi moncong kendaraan, dengan variasi minor pada bentuk lampu depan. Selebihnya, penempatan modul kamera, glacis, penempatan palka awak yang ada di sebelah kiri khas Asia, sampai bentuk bawah hidung masih sama. Bedanya hanya pada pelat pemecah ombak, yang pada AAPC menggunakan model pejal sementara pada Terrex memiliki bagian yang dibolongi dan dipasangi kaca balistik agar tetap bisa melihat ke depan.
DTI mengembangkan AAPC untuk memenuhi kebutuhan Marinir AL Thailand yang memang sedang mencari panser amfibi, yang sejauh ini nampaknya China menjadi kandidat pemasok terkuat. DTI mengatakan bahwa AAPC memang dikembangkan berbasis Black Widow, namun bentuknya yang sangat mirip denganTerrex membuatnya sukar dibantah. Pun konfigurasi AAPC dengan satu awak pengemudi, satu komandan, dan 11 orang prajurit juga sangat mirip dengan Terrex.
Kemampuan dasar dari AAPC untuk menahan ranjau dengan level STANAG 4569 Level 2b juga sama dengan Black Widow, yang sangat diidam-idamkan oleh Thailand mengingat banyak kasus pemberontakan terutama di Thailand Selatan yang sering menggunakan ranjau IED.
Dari perusahaan Chawalit Public Company sendiri menyatakan bahwa perusahaan sanggup memasok 10-20 AAPC per bulannya, sesuai dengan pesanan. AAPC sendiri masih harus tetap melaksanakan pengujian yang terpisah dari Black Widow, mengingat kesatuan penggunanya yang berbeda dari AD Thailand. Apapun itu hasilnya, rasa salut harus disampaikan pada Singapura sebagai negara ASEAN pertama yang telah berhasil membawa produknya menembus pasar Asia Tenggara yang terkenal sangat protektif dan gengsi pada industri dalam negerinya sendiri. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb