Kendaraan Dinas Milik Departemen Luar Negeri AS |
Sebagai negara yang punya banyak kepentingan di seluruh dunia, Amerika Serikat harus memastikan bahwa Korps Diplomatiknya terlindungi dengan baik, yang mencakup Duta Besar beserta para stafnya. Maklum saja, banyak elemen-elemen anti Amerika Serikat di negara tertentu yang tak segan melakukan kekerasan pada simbol-simbol kedigdayaan AS, termasuk Kedutaan besarnya.
Untuk melindungi Korps Diplomatiknya, Departemen Luar Negeri AS pun secara rutin membeli kendaraan-kendaraan lapis baja tipe SUV (Sport Utility Vehicle) untuk pengawal dan transportasi staf diplomatiknya, lalu kemudian memodifikasinya dengan memasang pelat balistik tahan peluru dan granat. Kendaraan-kendaraan tersebut kemudian didistribusikan ke seluruh dunia dengan pesawat milik AU AS.
Nah, program yang kelihatannya simpel ini ternyata menjadi temuan audit internal yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Deplu AS. Setelah penyelidikan selama 7 tahun, Irjen Deplu AS menyatakan bahwa program kendaraan lapis baja Deplu AS terpapar resiko korupsi, pemborosan, dan pemanfaatan tidak wajar secara signifikan, atau pendeknya, rawan sekali penyimpangan. Laporan Irjen Deplu AS yang keluar pada Februari 2017 ini menyatakan ada resiko pemborosan sebesar lebih dari US$ 50 juta.
Deplu AS sendiri tercatat memiliki armada lebih dari 4.500 SUV lapis baja, van, atau kendaraan lainnya di seluruh dunia. Tipe SUV yang populer digunakan adalah Chevrolet Suburban, Chevrolet Express, atau seperti di Indonesia, Land Cruiser 200 VX V8 4.700cc. Dari total tersebut, 260 kendaraan mangkrak dan hanya disimpan saja, tapi menghabiskan biaya US$ 25 juta hanya untuk merawatnya.
Selain itu, banyak kendaraan yang dihibahkan begitu saja sehingga menyebabkan hilangnya aset, dan beberapa kendaraan lainnya malah hilang dan tidak bisa ditemukan. Sejumlah kendaraan lainnya yang sedang bertugas di beberapa Kedubes yang terletak di negara rawan justru tidak memiliki proteksi yang memadai seperti yang direkomendasikan.
Sejumlah kendaraan lainnya juga gagal memenuhi syarat pada saat diinspeksi, dan jumlahnya ratusan. Masalah mulai dari kualitas lapisan anti peluru, kaca jendela yang tidak bisa dioperasikan atau dibuka karena kaca balistik yang berat, roda yang tidak sesuai standar, atau pintunya rusak, sesuatu yang sangat berbahaya kalau sampai terjadi serangan.
Irjen Deplu AS telah mengeluarkan 40 rekomendasi temuan dan sebagian besar sudah direspon dengan langkah-langkah perbaikan oleh Deplu AS sendiri. Akan tetapi, masih ada sejumlah masalah seperti dasar perhitungan kebutuhan kendaraan lapis baja untuk setiap Kedutaan Besar AS, dan bagaimana mengelolanya dengan benar agar setiap titik yang membutuhkan bisa memperolehnya. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com