Pesawat Intai Amfibi Ringan Grumman G-21 Goose |
Bila saat ini kita tengah berharap agar bisa kembali mengoperasikan pesawat angkut/intai amfibi, maka di masa lalu TNI AU setidaknya sudah pernah merasakan menjadi operator PBY-5A Catalina dan Grumman UF-2 Albatross. Keberadaan dua tipe pesawat amfibi tersebut menyiratkan perhatian serius pemerintah pada gelar pesawat berkemampuan amfibi, khususnya dalam mendukung operasi di perbatasan. Namun, apakah hanya Catalina dan Albatross yang menjadi arsenal pesawat amfibi TNI AU?
Meski namanya seolah terlupakan, faktanya Skadron Udara 5 TNI AU juga pernah mengoperasikan Grumman G-21 Goose, pesawat amfibi twin engine yang bentuknya lebih kecil dari Albatross yang juga buatan Grumman. Bagi penikmat dunia dirgantara dan kemiliteran, umumnya mencari rujukan koleksi pesawat bersejarah TNI AU dengan mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) di Yogyakarta. Tapi sayangnya G-21 Goose belum menjadi koleksi Muspidirla, melainkan G-21 Goose sampai saat ini bisa dijumpai sebagai arsenal di Museum Armeta Dirgantara Mandala Kalijati di Subang.
Di Museum Armeta Dirgantara Mandala Kalijati, Anda bisa melihat satu unit Grumman Goose G-21A dengan nomer PB-521. Meski aslinya diproduksi di Amerika Serikat, disebutkan yang ada di museum tersebut adalah buatan Kanada, negeri di Utara Amerika Serikat tersebut memang dikenal sebagai salah satu pengguna terbesar Goose.
Menurut catata sejarah, pada tahun 1957, Skadron Udara 5 Intai Maritim mendapatkan dua unit pesawat Grumman Goose dari sebuah perusahaan minyak Inggris. Yang unik, pada tahun 1976 salah satu Goose TNI AU disewa oleh Merpati Nusantara Airlines, dan diberi kode pesawat sipil PK-RAM. Pesawat tersebut di kontrak oleh perusahaan minyak Total Oil untuk melayani penerbangan di Sulawesi. Seperti terliat dalam foto di bawah ini, PK-RAM nampak sedang melakukan taxing di Sungai Lariang (tahun 1977). Dan setelah masa kontrak, PK-RAM dikembalikan lagi ke TNI AU dan saat ini menjadi koleksi Museum Armeta.
Ibarat tak kenal maka tak sayang, ada baiknya kita kenal sekilas sosok Grumman G-21 Goose. Pesawat ini terbang pernada sejak 29 Mei 1937 sebagai pesawat amfibi ringan. Goose merujuk ke desain pesawat monoplane sayap tinggi, dimana hampir semua konstruksi terbuat dari logam. Badan pesawat juga berfungsi sebagai lambung kapal dan dilengkapi dengan landing gear yang bisa dioperasikan dengan tangan.
Badan pesawat dirancang untuk misi serbaguna, karena menyediakan ruang interior yang memungkinkan setting pesawat untuk transportasi logistik, angkut militer, SAR, intai sampai peran sebagai pesawat mewah, maka Goose terbilang populer pada masanya, tidak kurang 345 unit G-21 Goose telah dibuat dan dioperasikan oleh sipil dan militer di banyak negara.
Dapur pacunya disokong mesin 2 × Pratt & Whitney R-985-AN-6 Wasp Junior dengan sembilan silinder berpendingin udara. Pesawat amfibi ringan ini dapat membawa sampai tujuh penumpang dengan kecepatan maksimum 324 km per jam. Dengan bahan bakar penuh, G-21 Goose dapat terbang sejauh 1.033 km. Payload yang bisa dibawa mencapai 1.170 kg. Dalam masa Perang Dunia II, Amerika Serikat mempersenjatai Goose sebagai pemburu kapal selam, bekal yang dibawa adalah bom laut dalam 2 × 147 kg (depth charges).
Dan kini setelah 80 tahun, beberapa Grumman G-21 Goose (dengan penggantian mesin) masih ada yang terbang secara terbatas, salah satunya seperti yang dioperasikan Pacific Coastal untuk penerbangan wisata. Jika Anda jeli, di film Commando (1985) yang dibintangi aktor Arnold Schwarzenegger, G-21 Goose juga sempat digunakan dalam operasi pendaratan amfibi. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Grumman G-21 Goose :
- Crew: one to three
- Capacity: five to seven passengers
- Length: 11,74 meter
- Wingspan: 14,94 meter
- Height: 4,93 meter
- Empty weight: 2.466 kg
- Useful load: 1.170 kg
- Max. takeoff weight: 3.636 kg
- Powerplant: 2 × Pratt & Whitney R-985-AN-6 Wasp Junior nine-cylinder air-cooled radials, 450 hp (340 kW) each
- Maximum speed: 324 km/h
- Cruise speed: 308 km/h
- Range: 1.030 km
- Service ceiling: 6.494 meter
- Rate of climb: 5,6 m/s
Sumber : http://www.indomiliter.com/