FLIR Star SAFIRE 380HD |
Skadron Udara 800 Puspenerbal TNI AL belum lama berselang telah menerima pesanan keempat pesawat intai maritim CN-235-220 MPA dari PT Dirgantara Indonesia. Persisnya pada Selasa, 9 Januari 2018, satu unit CN-235-220 diterima oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang didampingi KSAL Laksamana TNI Ade Supandi. Dibanding ketiga pesawat terdahulu, ternyata ada yang berbeda pada unit keempat ini, dimana ada perubahan posisi penempatan sensor FLIR (Forward Looking Infrared).
Bila mengacu pada tiga unit CN-235-220 MPA Puspenerbal terdahulu, maka pada CN-235 220 terbaru yang punya nomer P-8304 ini menempatkan modul sensor FLIR di bagian depan, persisinya di bawah hidung radar (nose dome). Sebelumnya pada CN-235-220 MPA dengan nomer P-860, P-861 dan P-862, modul FLIR ditempatkan di bawah body pesawat, atau berada di belakang belly dome radar AN/APS-143C(V)3 OceanEye. Penempatan posisi modul FLIR di perut pesawat, dipercaya punya sudut pandang pada permukaan yang luas tanpa adanya hambatan.
Posisi modul FLIR pada CN-235-220 terbaru ada di bagian depan tentu bukan tanpa rujukan. Sebelumnya US Coast Guard (Penjaga Pantai Amerika Serikat) sudah mengadopsi posisi penempatan FLIR yang serupa di pesawat intai HC-144 Ocean Sentry, yang tak lain varian CN-235 yang diproduksi EADS North America, kontraktor dari Airbus Military.
Dan jika diperhatikan, jenis FLIR yang digunakan pada HC-144 dan CN-235-220 TNI AL ternyata serupa, yakni tipe Star SAFIRE 380HD. Berbeda dengan tipe FLIR pada tiga unit CN-235 Puspenerbal terdahulu yang menggunakan SAFIRE III. Secara garis besar FLIR SAFIRE 380HD punya kemampuan identifikasi sasaran dalam kegelapan, terobosan terbaru FLIR juga memungkinkan identifikasi dilakukan dari ketinggian terbang yang maksimum, hal ini pastinya berguna dalam pola operasi, pesawat intai tak harus terbang rendah untuk mendekati sasaran. Artinya secara umum, teknologi pengindraan ini dapat menghemat konsumsi bahan bakar pada pesawat.
Berdasarkan spesifikasi, Star SAFIRE 380HD dilengkapi thermal imager dengan resolusi 720p/1080p HD and NTSC/PAL, dan zoom ratio hingga 120x dari ketinggian 50.000 kaki, color high definition camera, color low light high definition camera, swir short wave infrared camera, laser rangefinder (up to 25 km) dan digital IMU/GPS. Cakupan pantau sensor hingga 360 derajat dan sapuan pantau vertikal mulai dari 30 derjat hingga -120 derajat. Keseluruhan komponen canggih ini berbobot 45 kg dan dapat dioperasikan pada rentang suhu -40 sampai 55 derajat Celcius. Modul bekerja dalam 4 axis stabilization dan memutuhkan konsumsi tenaga 280 watt dengan voltase 22-29 DC.
Meski kondang dalam istilah militer, FLIR juga punya andil besar dalam operasi militer selain perang. Sebut saja dalam pencarian titik panas (hotspot) saat kebakaran hutan dan mencari orang yang hilang di hutan. Dalam misi militer, FLIR kerap digunakan untuk proteksi pada VIP, menetralisir posisi sniper, pengintaian di padang pasir, intai di lautan saat gelombang tinggi, dan masih banyak lainnya. (Gilang Perdana)
Sumber : http://www.indomiliter.com/