RPG-32 Hashim |
Uniknya pengembangan senjata di Indonesia, tank medium sudah bisa membuat, akan tetapi untuk sistem senjata lawan tank (SLT) ternyata masih nol besar. Selama beberapa dekade sistem senjata seperti RPG-7, Instalaza C90, Queen Bee, FGM-142 Javelin, dan NLAW sudah dimiliki oleh TNI, akan tetapi tak satupun sistem senjata lawan tank tersebut dibuat oleh Indonesia.
PT. Pindad selaku yang diserahi tugas oleh negara untuk mengembangkan sistem senjata darat belum pernah terdengar serius menekuni riset dan pengembangan SLT sampai ke dalam bentuk yang benar-benar jadi. Padahal, jika membuat sistem senjata seperti tank medium (Harimau Hitam) yang telah dipamerkan di HUT TNI ke-72, tentu kita harus siap memiliki sistem penangkalannya.
Padahal jika diniatkan serius, negara seperti Rusia mau saja memberikan transfer teknologi pembuatan senjata lawan tank, daripada harus menunggu dan mengemis ke negara Barat yang syaratnya bejibun itu. Lihat Yordania, yang langsung punya program produksi rudal anti tank RPG-32 Hashim (dinamai seperti Dinasti Hashemite/ Hasyim yang berkuasa di Yordania) dan kemudian diubah menjadi Nash-Shab (busur silang). Sistem rudal antitank ini disadur dari RPG-32 Barkas buatan pabrikan Bazalt Rusia.
RPG-32 sendiri menjadi SLT yang dikembangkan berdasar spek dan keinginan Yordania di Rusia, karena keterbatasan kemampuan Yordania, tetapi fabrikasinya dilakukan oleh perusahaan Jadara (JRESCO) yang ada di dalam negeri Yordania. Biaya pengembangan sepenuhnya ditanggung Yordania, dan sebagai gantinya, semua kemauan dan know how yang diminta Yordania pun dipenuhi.
Ini sebenarnya sama dengan skema pengembangan tank medium Harimau Hitam (nama tentatif Pindad) dimana Indonesia menyediakan dan berbagi dana riset dengan perusahaan Turki FNSS yang kemudian mengembangkan tank medium tersebut dari basis produk Kaplan yang dimiliki perusahaan tersebut. Apa susahnya dilakukan untuk senjata lawan tank yang sistemnya lebih sederhana dari sebuah tank?
Karena Yordania ingin RPG-32 serbaguna, maka disiapkan empat macam hululedak, dua kaliber 105mm dan dua lagi 72mm. Kaliber yang lebih besar yaitu PGV-32V dengan hululedak ganda untuk melawan tank, sementara yang lebih kecil untuk menghancurkan perkubuan. PGV-32V sendiri memiliki efektivitas dan akurasi sampai jarak 200 meter, dengan daya penetrasi 650mm RHA (Rolled Homogeneous Armor) dengan hululedak HEAT yang dimilikinya.
RPG-32 memiliki bentuk yang unik. Roketnya dikemas dalam tabung kedap air, dan tinggal dihubungkan ke unit silinder peluncur 6G40 yang berisi picu elektrik dan optik bidik. Kalau roketnya sudah ditembakkan, tabungnya tinggal dibuang dan diganti dengan tabung roket baru ke silinder peluncur yang bisa dipakai ulang. Bila perlu, empat RPG-32 (quad) bisa digabungkan menjadi satu unit peluncur pedestal yang dilengkapi kamera termal dan dikendalikan dari jarak jauh.
Produksi RPG-32 sendiri dimulai di fasilitas Jadara pada tahun 2013 dari kit yang disediakan Bazalt, dan perlahan sebagian komponen mulai dibuat sendiri, termasuk sistem Quad yang dirilis pada 2016. Kapasitas produksi pabrik JRESCO sendiri mencapai 60 ribu hululedak RPG-32 setiap tahunnya.
Yordania sendiri mengirimkan RPG-32 ke sejumlah milisi anti Houthi seperti grup Ansar al-Sharia yang berperang di Yaman untuk membantu mereka mengalahkan Houthi yang dibekingi Iran, serta ke pejuang YPG Kurdi yang bertempur melawan ISIS di Irak. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com