Pesawat Tempur F-35 |
Dengan perkembangan saat ini dan harga perolehan yang sudah mencapai US$ 379 miliar untuk total 2.443 pesawat F-35, yang sebagian besar ditujukan untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, pesawat tempur F-35 menjadi yang paling mahal dalam sejarah Amerika, bahkan biaya itu akan terus meningkat.
Setelah biaya perawatan untuk F-35 diperhitungkan selama masa pakai pesawat terbang hingga 2070, keseluruhan biaya program diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 1,5 triliun atau sekitar Rp 20.300 triliun.
Pendukung program mengedepankan teknologi siluman F-35 yang mampu menghindari radar, kecepatan supersonik, kemampuan penunjang udara yang dekat, ketangkasan udara, dan sejumlah besar sensor, yang memberikan akses informasi kepada pilot, yang tak tertandingi.
Namun program tersebut menghadapi banyak penundaan, kelebihan biaya, dan berbagai kemunduran, termasuk kebakaran mesin misterius pada 2014, yang menyebabkan para komandan mengandangkan pesawat itu untuk sementara.
Masalah lainnya adalah bug perangkat lunak, gangguan teknis, bahkan sistem lontar yang salah, yang berisiko membunuh pilot yang berat badannya kurang dari 62 kilogram.
Awal tahun ini, tampilan aerobatik langka F-35 Amerika telah memukau banyak orang dan memberikan NATO pesan yang jelas. Lockheed Martin kemarin mengungkapkan rekaman penerbangan luar biasa, yang sedang dilakukan setiap hari, dalam acara tersebut.
Penerbangan enam menit ini menampilkan lepas landas bertenaga yang memamerkan daya dorong 40 ribu pon, mendaki tebing, dan putaran paling tajam, serta untuk mengatasi keraguan terhadap kemampuan jet kontroversial tersebut dalam pertempuran udara.
"Setelah 10 tahun sejak penerbangan pertama dengan kesempatan pertama kami untuk menunjukkan kemampuan manuver F-35, kami akan menghancurkan tahun-tahun kesalahan informasi tentang apa yang dapat dilakukan pesawat ini," kata pilot uji coba, Lockheed Martin Billie Flynn, dalam sebuah wawancara dengan Aviation Week.
Delapan negara yang merupakan mitra program ini dan mengambil F-35, yaitu Inggris, Australia, Italia, Norwegia, Denmark, Belanda, Kanada, dan Turki. Tiga negara lain, yaitu Jepang, Israel dan Korea Selatan, telah membeli F-35.
Direktur Air Force F-35 Integration Office di Pentagon, Brigadir Jenderal Select Todd Canterbury, mengatakan Jerman, Belgia, dan Singapura telah meminta informasi tentang F-35, sebuah langkah awal yang potensial untuk kemungkinan pembelian. ( Erwin Prima)
Sumber : https://www.tempo.co/