Su-25 Grach, Gagak Rusia Penabuh Genderang Maut Peperangan - Radar Militer

04 Januari 2018

Su-25 Grach, Gagak Rusia Penabuh Genderang Maut Peperangan

Su-25 Grach
Su-25 Grach 

Selama masa Perang Dingin, masyarakat awam dibuai dengan kehebatan senjata-senjata buatan Barat. Melalui propaganda halus Barat, A-10 Thunderbolt II dikatakan sebagai pesawat serang darat terhebat di dunia, tanpa tanding dan tiada banding, bahkan ketika Rusia sebenarnya memiliki Su-25 Grach (NATO: Frogfoot).
Begitu dunia memasuki tatanan dunia baru dan Rusia memasuki gelanggang perang di Suriah melawan ISIS, Su-25 Frogfoot baru ketahuan bersinar dan andal sebagai platform serang darat, dan bahkan seperti diberitakan TASS (3/12/2017), sempat diganggu oleh F-22 Raptor AS saat hendak melaksanakan tugasnya.
Seperti mitos Barat dimana burung gagak adalah pembawa kabar buruk dan kematian, demikianlah adanya Sukhoi Su-25, yang diciptakan secara spesifik untuk menciptakan hujan bom, roket, dan peluru ke sasaran darat. Uni Soviet adalah salah satu negara pertama yang percaya kebutuhan pesawat serang darat terdedikasi seperti Il-2 Sturmovik.
Uni Soviet tertarik kembali atas konsep pesawat serang darat setelah melihat pengalaman AS dalam Perang Vietnam. Pada 1968, atas prakarsa dari Panglima Akademi AU Rusia I.V. Savchenko, sejumlah biro desain membuat konsep pesawat serang darat yang mampu beroperasi dari landasan seadanya, dengan membawa muatan seberat 2,5 ton dan sanggup bertahan dari artileri pertahanan udara. Sukhoi menamai konsepnya sebagai T8.
T8 dikerjakan oleh Pavel Sukhoi sendiri, dan kemudian diserahkan ke Kementerian Pertahanan Udara Uni Soviet dengan ditenagai dengan mesin turbojet Mikulin RD-9B. Hebatnya, walau dihadang oleh pabrikan MiG, Yakovlev, dan Ilyushin yang notabene berpengalaman, T8 akhirnya bisa menang. Namun begitu, T8 terus disempurnakan karena AU Soviet minta kecepatan dinaikkan 1 kali kecepatan suara dan muatan sampai 4 ton.
Pengerjaan ulang atas T8 terpaksa dilakukan dan purwarupa baru bisa dibangun pada Agustus 1971 oleh State Factory 153 di Novobirsk, sisi Timur pegunungan Ural dengan dipimpin oleh Oleg Samolovich. Tim pengembangan memperhatikan betul pesaing mereka dari AS, A-10 yang saat itu sudah mulai beredar gambarnya. Penerbangan perdana T8-1 terjadi pada Desember 1974 di pusat pengujian Zhukovskiy oleh Jenderal Vladimir Ilyushin, kepala pilot uji Sukhoi.
T8 terus disempurnakan, dengan sensor untuk serang darat diambil dari Su-17M2 Fitter, dan kanon awal yang dipasang adalah kanon multi laras GSh-23 yang walaupun kecepatan tembaknya tinggi, tapi daya pukulnya kurang. Mesin T-8 juga diganti dengan mesin turbojet Tumanskiy R-95Sh tanpa afterburner, yang diadopsi dari mesin MiG-21. Mesin ini bertenaga, tahan banting, kuat minum bahan bakar jenis apapun, walaupun kelemahannya boros.
Versi final dari T8-2 sudah mirip dengan versi final produksi, dengan perlindungan titanium di kokpit untuk menangkis pecahan peluru yang menerjang kokpit, penggantian kanon menjadi GSh-2-30 30mm, dimensi sirip vertikal ekor yang diperbesar, dan bentang sayap yang diperpanjang serta penambahan rem udara di ujung-ujung sayap.
Uniknya, walaupun T8 ini sudah dikatakan sempurna, programnya malah sempat ditaruh di antrian karena saat itu Sukhoi OKB sibuk mengurusi Su-24 Fencer dan T10 alias Su-27 Flanker. Tim pengembangan T8 terpaksa pindah pabrik dari Novosibirsk ke Pabrik Negara 31 di Tbilisi, Georgia. Produksi pertama T8 dari Georgia keluar pada September 1979 dan diterima oleh AU Uni Soviet.
Su-25 Grach alias gagak adalah pesawat serang darat yang beruntung. Begitu lahir, konflik sudah menantinya. Su-25 langsung disiapkan untuk operasi ujicoba sekaligus operasional di Afghanistan untuk memperoleh data dan membuktikan konsepnya. Dua purwarupa yakni T8-1D dan T8-3 digelar ke pangkalan udara Shinhand di Afghanistan pada 18 April 1980, hanya selisih lima bulan dari keterlibatan Uni Soviet di Afghanistan.
Dikenal sebagai operasi Romb, awak yang mengoperasikan Su-25 diambil dua orang pilot uji dari Sukhoi dan dua lagi diambil dari Pusat Uji AU Soviet di Akhtubinsk, dimana unit 8 OSHaP khusus dibentuk untuk penugasan ini. Awaknya berlatih di Lipetsk sebelum tiba di Afghanistan. Awalnya hanya terbang biasa untuk minggu pertama, hari kesebelas Su-25 sudah dikirim untuk misi tempur membantu pasukan Soviet melawan Mujahidin.
Selama 50 hari operasi Romb, dua Su-25 yang digelar mencatatkan 56 sorti uji dan 44 sorti tempur, dengan 98 jam terbang. Muatan maksimal yang dibawa adalah delapan bom FAB-500 berdaya ledak tinggi serta berbagai jenis roket dan bom tandan, plus bom BetAB-500 penembus bunker.
Para pilot Su-25 mencatat bahwa Su-25 adalah pesawat serang yang enak dan akurat. Bom FAB-500 yang dijatuhkan paling jauh meleset 30 kaki dari titik bidik sasaran, dan terbangnya tetap elegan walaupun dicanteli bom. Awak pasukan darat juga menyadari keefektifan Su-25. Yang tidak disukai, mesin R-95Sh relatif kurang responsif atas input dari pilot, plus boros sehingga tiap Su-25 harus terbang dengan dua tangki bahan bakar cadangan agar radius tempurnya mencapai 300 kilometer dari sasaran.
Pun sistem elektro optik untuk menjatuhkan bom juga butuh kalibrasi, begitu pula sistem navigasi ARK-15 ADF (Automatic Direction Finder) dan RSBN-6 terus bermasalah karena terhalang gunung. Akibatnya, pilot harus terbang dengan mengandalkan peta, kompas, dan pengukur waktu.
Setelah operasi pengujian tersebut, Su-25 digelar dalam kekuatan penuh oleh 200 OShAE, atau skadron serang independen yang dibentuk di Azerbaijan dan dilengkapi 12 pesawat Su-25. Sama seperti pendahulunya, mereka digelar ke Shihand pada 19 Juli 1981 beserta elemen pendukung dalam operasi berlabel Exam. Su-25 pertama dari detasemen ini terbang pada 25 Juli 1981.
Awalnya beroperasi di sekitar Shihand, pada 1982 cakupan operasi Su-25 meluas sampai ke Kabul, Bagram, dan Kandahar. Pesawat dan pilotnya bisa terbang empat sampai lima sorti sehari, ketika Su-25 pulang kandang sudah diisi bahan bakar dan senjata, pilotnya hanya sempat minum dan meregangkan badan, sudah harus terbang lagi mencari sasaran.
Hanya dalam setahun 200 OShAE mencatatkan 2.000 sorti tempur sebelum digantikan oleh skadron lain, kali ini OShAP. Su-25 sampai tahun 1982 tidak mencatatkan satupun pesawat tertembak jatuh, hanya ada 12 kasus dimana pesawat ditembaki senjata berat dan rusak di satu mesin saja.
Pilot-pilot Su-25 biasanya melaksanakan serangan di pagi buta dimana unsur kejutan sedang tinggi, memanfaatkan sudut serang dari arah matahari terbit sehingga lawan tersilaukan. Pasca 1983, Amerika Serikat melalui CIA memasukkan rudal pencari panas FIM-92 Stinger, FIM-43 Redeye dan SA-7 Grail sehingga Su-25 menjadi sasaran empuk, pilot-pilotnya mengubah strategi dengan tidak lagi menyerang pada ketinggian rendah. Su-25 akan langsung menanjak dan berbelok tajam ke kiri atau kanan sembari naik 30 derajat, lalu membuang cerawat atau chaff sampai mencapai ketinggian aman 6.000 kaki.
Sepanjang masa penugasannya di Afghanistan, Su-25 mencatatkan lebih dari 60.000 sorti tempur sebelum ditarik pada Februari 1989. Sejumlah modifikasi dilakukan, begitu pula jenis senjata yang dilepaskan dimana Su-25 menjelang akhir penugasan sudah mampu menembakkan rudal udara-darat berpemandu laser Kh-25ML dan Kh-29L, jauh lebih dulu dibandingkan A-10 Thunderbolt II. Sebanyak total 37 Su-25 jatuh, hancur, atau tertembak selama perang Uni Soviet di Afghanistan, dengan sekitar 12 pilotnya gugur. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb