Turki dan AS Memanas, Rusia Geser Pasukan di Suriah? - Radar Militer

25 Januari 2018

Turki dan AS Memanas, Rusia Geser Pasukan di Suriah?

Tank Turki
Tank Turki 

Militer Rusia dikabarkan mulai menarik mundur pasukannya dari kawasan barat laut Suriah menyusul dimulainya serangan militer Turki terhadap pasukan Kurdi.
Turki mulai membombardir distrik Afrin, yang menjadi basis pasukan Kurdi, sejak Jumat dini hari. Turki menyebut kelompok Kurdi baik PKK dan PYD serta unit militer YPG sebagai kelompok teroris, yang memusuhi Turki dan berupaya separatis.
“Rusia mulai mengambil langkah memindahkan pasukan militernya dari distrik Afrin dan daerah sekitarnya, yang mungkin terjadi pertempuran selama operasi militer Turki berlangsung,” kata Ahmet Berat Conkar, yang merupakan ketua delegasi ke Majelis Parlemen NATO, seperti dilansir media Al Jazeera, Jumat, 19 Januari 2018.
Penarikan pasukan Rusia ini menyusul datangnya utusan pemerintah Turki ke Moskow pada Kamis lalu menjelang operasi militer digelar. Rusia berada di Suriah dalam upaya mendukung pasukan pemerintah Suriah, yang kewalahan untuk mengalahkan para gerilyawan lokal dan pasukan ISIS.
“Saya yakin, setelah pertemuan antara para pimpinan teras militer dan intelejen, perbedaan pandangan antara kedua pihak mengenai operasi militer Turki menghilang dan sampai pada kesimpulan yang sama,” kata Conkar kepada Al Jazeera.
Pemerintah Turki melihat pasukan Kurdi YPG ini sebagai ancaman atas kedaulatan negaranya. Pasukan Kurdi ini merupakan pasukan lokal yang mendapat senjata dan pelatihan dari pasukan khusus AS, yang berjumlah sekitar 2000 orang di perbatasan Suriah. Pasukan AS bertugas menggalang kekuatan lokal untuk menyerang pasukan ISIS, yang sebelumnya menguasai beberapa kota namun belakangan telah dikalahkan pasukan Suriah dan Rusia.
Seperti dilansir media Reuters dan Anadolu Agency, hubungan AS dan Turki memanas setelah pejabat militer AS mengatakan akan membentuk pasukan perbatasan sekitar 30 ribu orang dengan mayoritas dari pasukan Kurdi. Turki melihat ini akan meningkatkan serangan terhadap keamanan dan integritas wilayahnya. Turki menganggap Partai Uni Demokratik Kurdi (PYD) dan sayap militernya Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebagai kelompok teroris. Begitu juga dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK).
Sementara itu Kementerian Pertahanan Amerika Serikat lewat juru bicara Pentagon menampik sinyalemen serangan militer Turki terhadap milisi Kurdi dukungan AS membuat hubungan kedua negara memburuk.
Seperti diberitakan, pasukan militer Turki mulai membombardir pasukan Kurdi, yang berkumpul di daerah Afrin yang terletak di sebelah utara Suriah, sejak Jumat dini hari.
“Satu tindakan tidak akan menghasilkan kekacauan atau kerusakan. Kami memiliki komunikasi reguler dengan sekutu kami Turki,” kata Eric Pahon, juru bicara Pentagon, kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency. Dia mengaku tidak akan menilai pendapat yang ekstrim seperti itu.
“Kami bicara soal hal-hal ini. Ini bagian dari menjadi sekutu. Sekutu tidak selalu sepakat mengenai semua hal tapi bersedia bekerja sama,” kata Pahon.
Pahon menegaskan pasukan AS tidak beroperasi di daerah Afrin sehingga tidak terkena dampak langsung serangan militer Turki. “Kami ingin semua orang fokus pada tujuan utama kita yaitu mengalahkan ISIS,” kata Pahon.
Dia mengatakan ini menanggapi komentar dari seorang pejabat AS kepada media CNN, yang mengatakan operasi militer Turki di Afrin bisa mengganggu perang terhadap Daesh, yaitu nama lain ISIS. Serangan militer itu juga membuat ketegangan meningkat di wilayah terkait dan membuat hubungan antara AS dengan sekutunya di NATO menjadi kacau.
Saat ditanya mengenai kabar Rusia mulai menarik pasukannya dari kawasan Afrin, Pahon mengatakan,”Itu merupakan kesepakatan antara Rusia, Suriah dan Turki. Kami tidak terlibat.”
Turki menyerang pasukan Kurdi di daerah perbatasan ini karena mencoba memisahkan diri. Kelompok Kurdi PYG dan PKK dianggap sebagai kelompok teror, yang kerap menyerang Turki dengan pengeboman di berbagai kota.
Menurut media Turki, Anadolu Agency, kelompok PKK telah menyebar teror perlawanan terhadap Turki sejak 1980 dan menimbulkan 40 ribu korban jiwa.
Militer Turki melakukan mobilisasi pasukan ke daerah perbatasan selatan yang bersebelahan dengan Suriah. Hingga berita ini diturunkan, pasukan Turki belum menyerang lintas batas secara fisik. Sejak Jumat dini hari, pasukan baru menyerang daerah itu menggunakan serangan artileri.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb