Rudal Petir |
Di Indo Defence 2016, pihak PT Sari Bahari telah mengalihfungsikan prototipe rudal Petir sebagai target drone. Dan satu tahun berselang, ada kabar bahwa sosok yang awalnya dibesut sebagai rudal permukaan ke permukaan ini telah berganti nama menjadi “Jalak.” Tentu perubahan nama ini ada maksudnya, sementara pengembangan Petir sebagai rudal permukaan ke permukaan terus dilanjutkan dengan desain dan spesifikasi yang baru.
Persisnya di Rapat Umum Anggota Luar Biasa (RUALB) Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) yang digelar Rabu (21/2/2018) di Energy Building, Jakarta, PT Sari Bahari memperlihatkan target drone Jalak. Menurut sumber penulis, perubahan nama dari Petir ke Jalak dikarenakan peran ‘rudal’ ini yang kini telah resmi menjadi target drone, lebih dari itu ada kabar bahwa Jalak telah mendapat pesanan dari Kementerian Pertahanan.
Dengan dirilisnya Jalak sebagai target drone, maka nantinya elemen Arhanud akan memiliki sasaran tembak yang lebih menantang di udara, lantaran Jalak yang ditenagai mesin jet ini akan menjadi target drone dengan kecepatan tertinggi di Indonesia, yakni 350 km per jam, meningkat dari kecepatan generasi sebelumnya yang mencapai 260 km per jam.
Dalam spesifikasi yang dilampirkan, target drone Jalak dapat dikendalikan via remote control atau autopilot. Jalak yang dibangun dari material carbon reinforced composite ini punya minimal thrust 16 kgf (kilogram force) dan dapat terbang minimal selama 10 menit.
Meski telah menjadi target drone, Jalak dapat dimuati payload berupa infrared enhancer dan kamera. Untuk meluncurkan target drone ini digunakan catapult, sementara metode pendaratan bisa menggunakan jaring atau parasut. Bobot Jalak tanpa payload mencapai 20 kg, dan panjang keseluruhan 1.850 mm dan lebar bentang sayap 1.550 mm.
Saat ini Jalak dalam proses mendapatkan Sertifikasi Kelaikan Udara Militer dari Indonesian Military Airworthiness Auhority (IMAA) Puslaik Kementerian Pertahanan (Kemhan). Dengan hadirnya Jalak sebagai target drone, maka akan menjadi target drone kedua dengan berbasis non propeller yang digunakan TNI. Sebelumnya ada PMRobotics JT-240 buatan Swiss yang mengggunakan mesin turbin berkekuatan 165N dan mampu melesat dengan kecepatan maksimum 260 km per jam. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/