Korea Selatan Incar Desain Perancis untuk Kapal Selam Nuklir Buatan Dalam Negerinya - Radar Militer

02 April 2018

Korea Selatan Incar Desain Perancis untuk Kapal Selam Nuklir Buatan Dalam Negerinya

Kapal Selam Kelas Barracuda Perancis
Kapal Selam Kelas Barracuda Perancis 

Angkatan Laut Korea Selatan sedang mengkaji rencana untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir 5.000 ton dalam upaya untuk meningkatkan deterennya terhadap kemampuan serang nuklir kapal selam Korea Utara.
Oktober tahun lalu, AL Korea Selatan menugaskan Jaringan Pertahanan Korea (Korea Defense Network - KDN)lima bulan penelitian mengenai kelayakan pengembangan kapal selam serang bertenaga nuklir buatan dalam negeri. Lembaga think tank yang bermarkas di Seoul tersebut baru-baru ini melaporkan hasilnya kepada Angkatan Laut Korea Selatan, yang menyarankan AL Korea Selatan membangun sebuah kapal selam serang nuklir berdasarkan model kapal selam 5.300 ton kelas Barracuda Perancis, beberapa narasumber Angkatan Laut Korea Selatan mengatakan kepada Defense News.
"Kami meninjau laporan KDN mengenai pembangunan kapal selam buatan dalam negeri secara hati-hati," kata seorang juru bicara AL. "Setelah peninjauan menyeluruh, kami akan melaporkannya kepada menteri pertahanan dan selanjutnya ke kantor kepresidenan untuk keputusan akhir."
Namun, proyek kapal selam nuklir tidak dibahas secara terbuka, kata juru bicara itu, yang kemungkinan agar tidak merusak suasana dialog antar kedua Korea.
"Rencana pembangunan kapal selam bertenaga nuklir sangat sensitif dan terutama pada saat diskusi pertemuan antar-Korea dan pertemuan puncak AS-Korea Utara sedang dilakukan," katanya. Dia menolak berkomentar apakah program kapal selam tersebut dihentikan atau ditunda karena suasana dialog.
Menurut sumber informasi Angkatan Laut Korea Selatan lainnya, laporan KDN merujuk pada kapal selam kelas Barracuda sebagai model, karena kapal selam Perancis yang dirancang oleh DCNS tersebut, ditenagai oleh low-enriched uranium. "Penggunaan uranium dengan enrichment (pengayaan) lebih dari 20 persen untuk kapal selam bertenaga nuklir dapat melanggar perjanjian nuklir dengan AS," kata sumber itu.
"Karena hal itu, model kapal selam Perancis menjadi realistis dan aman untuk penggunaan bahan bakar nuklir," sumber itu menambahkan.
Di bawah kesepakatan nuklir AS-Korea Selatan yang ditandatangani pada tahun 2015, Seoul tidak diizinkan untuk memperkaya uranium dan memproses ulang bahan bakar nuklir yang terpakai untuk keperluan militer. Kesepakatan itu masih membolehkan pengayaan uranium untuk energi nuklir sipil dan low-enriched uranium.
Korea Selatan meluncurkan proyek pembangunan kapal selam nuklir rahasia pada tahun 2003. Proyek tersebut, dengan nama sandi "inisiatif 362," dibatalkan setahun kemudian ketika rencana bocor ke publik dan menjadi perhatian Badan Energi Atom Internasional.
“Selama proyek tahun 2003 tersebut, kami menyelesaikan pekerjaan desain dasar untuk kapal selam bertenaga nuklir buatan dalam negeri, serta reaktor nuklir miniatur,” kata Moo Keun-sik, seorang pensiunan captain Angkatan Laut Korea Selatan yang telah memimpin "inisiatif 326." Korea memiliki kemampuan yang cukup untuk mendesain dan mengembangkan kapal selam nuklirnya sendiri.”
Moon mengatakan upaya Korea Selatan tersebut akan membutuhkan bantuan teknis asing untuk integrasi senjata. "Merancang dan membangun kapal selam bertenaga nuklir tidak masalah bagi pembuat kapal utama Korea Selatan, tetapi untuk integrasi senjata dan peralatan lain ke dalam platform kapal selam, kami mungkin memerlukan bantuan dari Perancis atau negara lain," katanya.
Beberapa pakar skeptis mengenai biaya dan waktu pengembangan kapal selam nuklir buatan lokal.
"Ada konsensus bahwa pembangunan kapal selam nuklir buatan dalam negeri akan memerlukan waktu 10 tahun atau lebih, mungkin mencapai 17 tahun," kata Kim Dae-young, seorang peneliti dari Korea Research Institute for National Strategy. “Biaya per unitnya juga diperkirakan akan melampaui perkiraan biaya pemerintah yang sekitar $ 1,1 miliar.”
Kim menambahkan bahwa jika negara itu menginginkan kemampuan tersebut lebih cepat, mereka harus mempertimbangkan membeli kapal selam serang nuklir atau memproduksinya di bawah lisensi asing.
Korea Selatan telah membangun sembilan kapal selam diesel-elektrik KSS-I 1.200 ton dan sembilan kapal selam KSS-II 1.800 ton, keduanya dengan bantuan teknis dari perusahaan pembuat kapal Jerman, Howaldtswerke-Deutsche Werft. Negara Asia itu kini tengah membangun kapal selam serang 3.000 ton sendiri yang dikenal sebagai KSS-III.
"Operasi bawah laut dengan armada kapal selam diesel-elektrik terbatas untuk mendeteksi dan melawan ancaman rudal balistik kapal selam Korea Utara," kata Moon. "Di sisi lain, kapal selam bertenaga nuklir akan membantu melakukan patroli untuk waktu yang lebih lama untuk menggagalkan serangan SLBM Korea Utara."
Armada kapal selam Korea Utara terus berkembang, mereka telah mengembangkan kapal selam konvensional baru yang mampu menembakkan rudal balistik, menurut para pakar.
Korea Utara memasuki tahap akhir pembangunan untuk kapal selam 3.000 ton yang dapat membawa tiga SLBM. SLBM yang dinamai Pukkuksong-1, dilaporkan berhasil ditembakkan pada 26 Agustus 2016, dan terbang sekitar 500 kilometer jauhnya.
Pada bulan Agustus 2017, kantor berita negara komunis tersebut merilis Pukkuksong-3 SLBM, yang tampaknya merupakan model yang terbaru dalam seri ini.
Menurut Buku Putih Pertahanan Seoul 2016, Korea Utara mengoperasikan armada sekitar 70 kapal selam, termasuk enam kapal selam serang kelas Sinpo. (Angga Saja - TSM)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb