Senjata infanteri pertama yang diciptakan untuk melawan tank muncul pada pertengahan abad ke-20. Hingga kini, senjata semacam itu masih setia melayani tentara Rusia.
Pada awal 1960-an, insinyur-insinyur Soviet menciptakan senjata infanteri pertama untuk melawan kendaraan lapis baja.
Pada awal 1960-an, insinyur-insinyur Soviet menciptakan senjata infanteri pertama untuk melawan kendaraan lapis baja.
Inilah sistem rudal portabel pertama yang betul-betul mampu membakar kendaraanlapis baja tank.
Malyutka, Rudal Infanteri Pertama
Kornet Anti Tank |
Sistem rudal anti-tank itu dinamai Malyutka. Setiap proyektil memiliki hulu ledak kumulatif seberat dua kilogram. Proyektil tersebut dipenuhi bahan kimia yang bisa membakar lapis baja tank setebal 200 mm. Rudal antitank pertama semacam itu dapat menghancurkan target pada kisaran 500 hingga 3.000 meter.
Komando Angkatan Darat terkejut dan langsung tertarik. Dalam beberapa tahun berikutnya, Tentara Soviet sudah dipersenjatai Malyutka.
Namun, sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan besar yang perlu diperbaiki dalam model-model selanjutnya (militer sangat menyukai konsep senjata itu sehingga segera memerintahkan untuk mengembangkan rudal antitank infanteri).
Rudal Malyukta pertama menggunakan sistem wire-guided dan dikendalikan oleh operator. Selain itu, tak seperti rudal modern dengan radar pelacak, Malyutka harus diarahkan secara manual. Di sisi lain, kecepatan terbang Malyukta pun agak lambat sehingga memberi target kesempatan untuk berlindung.
Terlebih lagi, rudal versi awal membutuh waktu lama supaya siap tempur. Operator harus secara manual memasang hulu ledak ke mesin rudal, membuka sayap pada sisi-sisi proyektil, dan memasangnya pada tripod peluncuran, yang harus diletakkan pada posisi tempur. Semua ini sangat memakan waktu
Namun, terlepas dari kekurangan-kekurangan itu, keunggulan Malyutka tak hanya diakui di Uni Soviet, tetapi juga di 45 negara lain. Senjata itu bahkan digunakan selama Perang Yom Kippur 1973 dan menghancurkan puluhan tank Israel.
Jalan Keluar
Pada awal 1970-an, kompleks antitank Fagot yang baru mulai beroperasi. Inilah “peluncur roket portabel” pertama dengan sistem penargetan semi-otomatis.
Sistem ini menyelesaikan semua kekurangan Malyutka. Kini, tentara tak perlu lagi mengatur dan menargetkan rudal secara manual. Selain itu, sistem ini mampu mengunci tank sehingga tak keluar dari garis bidik. Si operator hanya perlu mengarahkan proyektil pada target, menekan tombol peluncuran, dan bersantai karena sistem pelacak mengambil alih semua tugas itu, menyesuaikan jalur penerbangan sesuai dengan gerakan target.
Fagot dilengkapi proyektil 135 mm yang kuat. Seperti sebelumnya, rudal ini memiliki hulu ledak kumulatif yang mampu membakar baja saat ditabrakkan pada target. Namun, alih-alih 200 mm, muatan kimianya kini dapat menembus baja setebal 800 mm.
Sistem infanteri anti-tank modern Rusia disebut Kornet. Beroperasi sejak 1998, sistem ini dirancang untuk menghancurkan tank dan target lapis baja lainnya, termasuk yang dilengkapi dengan teknologi lapis baja reaktif.
“Ini adalah lapis baja khusus yang bereaksi ketika terkena proyektil musuh sehingga meniadakan atau meminimalisasi dampak serangan. Baik tank maupun kru di dalamnya tetap utuh, mereka mampu melanjutkan misi tempur di medan perang,” kata Viktor Murakhovsky, Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva, kepada Russia Beyond.
Terlebih lagi, Kornet dilengkapi dengan sistem pemandu laser. Sistem itu memungkinkan pengembangan versi yang dimodifikasi mencapai target udara berkecepatan tinggi (250 m/s) pada jarak hingga 10 km dan ketinggian hingga 9 km.
“Modifikasi terbaru Kornet beroperasi berdasarkan prinsip ‘tembak dan lupakan’. Sistem pelacak model terbaru memiliki teknologi penguncian dan pelacakan target otomatis. Namun, ada satu cacat yang sedang diperbaiki para insinyur musuh harus berada dalam jangkauan visual peluncur, itulah yang memandu rudal ke sasaran,” kata Murakhovsky.
Rudal baru itu juga bisa beroperasi selama cuaca buruk, termasuk hujan dan kabut, yang merupakan momok pada sistem terdahulu.
Sistem ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan saingan utamanya, Javelin AS.
“Yang terpenting, ada perbedaan harga. Kornet sepuluh kali lebih murah daripada Javelin ($20.000 vs $200.000). Kornet memiliki jangkauan yang lebih unggul (2,5 km vs 10 km), tetapi Javelin memiliki akurasi yang jauh lebih besar dan lebih banyak pilihan hulu ledak yang bisa dipasang. Jadi, Anda bisa berdebat panjang lebar tentang mana yang lebih baik,” jelas Murakhovsky, seraya menambahkan bahwa Rusia saat ini sedang mengerjakan sistem baru untuk menggantikan Kornet, yang akan dipamerkan pada tahun-tahun mendatang.
S-350 dibuat sebagai “benteng terakhir” pertahanan misil Rusia. Sistem pertahanan itu akan mencegat dan menghancurkan pesawat musuh yang berhasil menghindari sistem pertahanan udara lainnya. (Igor Rozin)
Sumber : https://id.rbth.com/