Opini : Komando Gabungan Wilayah Pertahanan, Berani Masuk Digebuk - Radar Militer

12 Oktober 2019

Opini : Komando Gabungan Wilayah Pertahanan, Berani Masuk Digebuk


Sudah lama digadang-gadang, ditunggu-tunggu akhirnya menjadi kenyataan. Salah satu kekuatan pemukul terintegrasi TNI untuk tiga wilayah pertahanan resmi beroperasi. Terhitung tanggal 27 September 2019 tiga panglima bintang tiga dari tiga matra resmi dilantik Panglima TNI.
Militer Indonesia
Militer Indonesia 
Tanjung Pinang menjadi markas Kogabwilhan I, hot spotnya adalah Natuna, Kogabwilhan II markasnya di Balikpapan hot spotnya Ambalat. Kogabwilhan III markasnya di Biak, hot spotnya Papua.
Dulu di era Orba dikenal istilah doktrin pertahanan, masuk dulu baru digebuk. Artinya musuh yang mencoba masuk teritori Indonesia dibiarkan masuk dulu baru kemudian dipukul mundur. Ini yang disebut Java Centris. Pasukan dari Jawa yang kemudian akan menggebuk musuh yang sudah masuk.
Sekarang doktrin masuk dulu baru digebuk alias pola defensif pasif tidak layak untuk dikedepankan. Perkembangan dinamika kawasan seperti Laut Cina Selatan dan Ambalat mengharuskan kehadiran KRI yang terus menerus.
Ongkos operasional dan logistik manakala mengerahkan sejumlah KRI dari Jakarta atau Surabaya jelas tidak efektif. Belum lagi kecepatan respon kehadiran memerlukan durasi lebih lama.
Maka tersedianya pangkalan militer tri matra di Natuna adalah bagian dari perwujudan pola pre emptive strike, berani masuk digebuk. Kogabwilhan menjadi leader dari manajemen pertempuran interoperability tiga matra dalam kurikulum baru yang canggih, network centric warfare.
Kita sudah punya Kostrad divisi 1,2,3. Kita sudah punya Pasmar 1,2,3. Kita sudah punya Armada 1,2,3. Kita sudah punya Koopsau 1,2,3. Maka integrasi organisasi ketiganya ada di Kogabwilhan 1,2,3.
Pola network centric warfare sudah diuji coba dalam Latgab TNI bulan September 2019 di Jawa Timur. Pola ini akan lebih disempurnakan pada tahun depan. Targetnya mulai tahun depan TNI akan komprehensif menggunakan network centric warfare.
Ini perkembangan yang membanggakan. Apalagi jika sudah dilengkapi dengan sejumlah alutsista berdaya gebuk tinggi. Seperti jet temput Sukhoi SU35, F16 Viper dan peluru kendali SAM jarak menengah dan jauh. Serta sejumlah KRI kelas fregat.
Kita sangat menantikan tumbuhkuatnya militer kita sejalan dengan tumbuhkembangnya Gdp. Kita punya potensi menjadi negara dengan kekuatan ekonomi 10 besar dunia. Maka kekuatan militer kita seharusnya juga tumbuh menjadi kekuatan yang disegani.
Sehingga pola pre emptive strike kita mampu menjadi sebuah kekuatan pemukul yang menjerakan. Kogabwilhan diniscayakan akan menjadi kekuatan penyengat apabila sejumlah alutsista canggih sudah hadir.
Maka kehadirannya mesti dipercepat, bukan diperdebatkan. Pengen Iver, pengen PKR akhirnya jalan ditempat. Sementara negara lain kecepatan dan percepatan kedatangan alutsistanya tidak bertele-tele. Sedikit bicara barang berdatangan.
Kita lambat dalam proses pengadaan jet tempur Sukhoi SU35. Tiba-tiba SU57 sudah ditawarkan ke Myanmar. Artinya kalau SU 35 hadir, momentumnya sudah tidak jreng lagi alias biasa-biasa saja.
Oleh sebab itu figur Menhan kabinet mendatang harus diisi dengan figur yang cerdas, tidak bertele-tele dan tegas. Kogabwilhan sudah ada sudah dibentuk, maka isian alutsistanya harus segera dipenuhi.
Makna berani masuk digebuk adalah kehadiran dan kecanggihan alutsista di perbatasan. Tanpa itu bisa jadi doktrin pertahanan kita menjadi bahan ejekan negara yang sedang bangun kekuatan militernya. Emang elu berani gebuk gua, emang elu udah kuat, katanya.
Sumber : Jagarin Pane - FSM

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb