Korea Selatan (Korsel) akan memulai tahap kedua dari rencananya untuk mengakuisisi lagi 20 jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin Amerika Serikat (AS). Negara Asia ini telah memiliki nama kode tersendiri untuk jet tempur siluman yang mereka beli, yakni F-X III.
Agen pengadaan senjata negara Korea Selatan telah mengonfirmasi persiapan pembelian tahap dua pesawat tempur siluman generasi kelima tersebut.
Jet Tempur F-35 ROKAF |
Sekadar diketahui, negara yang jadi salah satu kekuatan ekonomi Asia itu telah memesan 40 unit F-35A untuk operasi Angkatan Udara di bawah kesepakatan tahun 2014 senilai sekitar USD6,4 miliar. Pengirimannya sudah dimulai awal tahun ini.
"Pemerintah sedang bersiap untuk meluncurkan fase kedua FX III pada tahun 2021 untuk lima tahun mendatang," kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan atau DAPA dalam sebuah laporan kepada Majelis Nasional pada 7 Oktober, seperti dikutip Defense News, Jumat (11/10/2019)
Lapora DAPA menyebutkan sekitar USD3,3 miliar akan dialokasikan untuk membeli pesawat tambahan buatan Lockheed Martin tersebut.
Varian F-35 yang sedang dipertimbangkan untuk dibeli Korea Selatan telah menjadi titik perdebatan, meskipun beberapa sumber pertahanan mengatakan pemerintah akan membeli F-35A daripada varian F-35B karena kapabilitas takeoff pendek dan pendaratan vertikal atau STOVL.
Kemampuan STOVL memungkinkan pesawat lepas landas dan mendarat dari kapal pendarat besar baru Korea Selatan yang direncanakan untuk ditempatkan pada tahun 2030-an.
"Institut Analisis Pertahanan Korea yang didanai negara atau KIDA telah menyimpulkan sebuah studi tentang akuisisi tambahan pesawat F-35, dan studi ini menunjukkan bahwa lebih banyak pengenalan F-35 akan lebih layak," kata seorang sumber di Kementerian Pertahanan Nasional kepada Defense News yang berbicara dalam kondisi anonim.
Pada bulan Juli, militer Korea Selatan menyetujui rencana untuk membangun kapal helikopter jenis kapal induk tipe pendaratan sebagai bagian dari rencana penumpukan kekuatan jangka panjangnya. Kapasitas kapal baru itu akan dua kali lipatnya dari dua kapal sejenis sebelumnya.
“Ada dua masalah (dengan mendapatkan) F-35B. Pertama, ini lebih mahal daripada versi konvensional lepas landas dan mendarat. Kedua, penyebaran kapal pendarat tipe kapal induk jauh dari sekarang," lanjut sumber tersebut.
Pada 1 Oktober, Angkatan Udara memamerkan F-35A-nya untuk pertama kalinya sejak menerima jet-jet tempur canggih itu saat upacara Hari Angkatan Bersenjata.
Layanan militer sejauh ini telah membawa delapan unit, dengan lima lagi tiba di Korea Selatan pada akhir tahun. Sebanyak 14 pesawat lagi dijadwalkan dikirim ke Korea Selatan tahun depan.
"Untuk penyebaran operasionalnya, kami sekarang melakukan proses terkait seperti pelatihan pilot dan teknisi pemeliharaan serta pembangunan fasilitas dan sistem yang relevan," kata DAPA dalam laporan yang disampaikan kepada anggota parlemen pada 10 Oktober.
"Sebagai pusat perhatian dari Skema penargetan strategis negara itu melawan pasukan musuh yang potensial, pesawat yang menghindari radar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan operasional dan memperkuat postur kesiapan terhadap ancaman dari segala arah."
F-35A dapat terbang dengan kecepatan maksimal Mach 1.8 dan membawa sistem senjata top-of-the-line seperti Joint Direct Attack Munition.
Korea Utara telah mengutuk pengerahan pesawat F-35 di Korea Selatan karena kemampuan jet yang mampu menghindari radar dapat menembus wilayahnya. Pada bulan Juli, Pyongyang mengancam akan menghancurkan semua F-35A yang tiba di Korea Selatan.
Seorang pejabat senior Korea Utara dikutip oleh media yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa Korea Utara tidak punya pilihan lain selain mengembangkan dan menguji persenjataan khusus untuk benar-benar menghancurkan senjata mematikan yang diperkuat di Korea Selatan.
Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik jarak pendek baru dan roket terpandu dalam beberapa bulan terakhir. Senjata-senjata itu, kata para ahli, dirancang untuk ditargetkan ke markas F-35.
Rudal balistik, yang diidentifikasi sebagai KN-23, terlihat telah dimodelkan mirip SS-26/Iskander Rusia. Senjata itu diyakini mampu bermanuver di ketinggian dan lintasan yang berbeda selama penerbangan untuk menghindari rudal anti-balistik.(Muhaimin)
Sumber : sindonews.com