Perusahaan pertahanan Israel sedang menganalisis serangan besar-besaran terhadap fasilitas minyak Arab Saudi 14 September lalu, yang disalahkan pada Iran. Serangan dengan rudal jelajah dan pesawat nirawak bersenjata itu membuat rezim Zionis terkesan karena mampu menembus sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS).
Serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais dipelajari Israel untuk menemukan cara melindungi negara Yahudi tersebut dari kemungkinan serangan serupa.
Serangan Kilang Minyak Aramco |
Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan 14 September, namun AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Arab Saudi menuduh Iran berada di balik serangan itu. Teheran telah membantah tuduhan tersebut.
Seorang perwira senior di Unit Intelijen Militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang hanya bersedia diidentifikasi dengan huruf pertama dari nama Ibrani-nya, "Yud" mengatakan kepada Channel 13 bahwa orang-orang Iran menunjukkan kemampuan yang mengesankan dalam menghantam Arab Saudi.
"Mereka mendapat nilai tinggi, terlalu tinggi," kata Yud mengomentari serangan tersebut. Namun, dia menekankan bahwa Teheran benar-benar tidak akan berhasil jika berusaha meluncurkan serangan serupa terhadap Israel.
"Israel sedang menilai ancaman dengan cara yang sangat informatif dan seimbang," ujar Yud, dikutip dari Times of Israel, Selasa (8/10/2019).
"Tentara siap untuk setiap skenario yang sedang berkembang di arena utara," sambung Yud, dan mencatat bahwa skenario itu termasuk melawan kemungkinan rentetan rudal jelajah dan drone.
Pada hari Senin, Kepala IDF Aviv Kohavi memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap Israel akan ditanggapi dengan respons agresif.
"Kami tidak akan membiarkan serangan terhadap Israel dan jika itu terjadi kami akan merespons dengan paksa," kata Kohavi pada upacara peringatan untuk pasukan terjun payung yang jatuh. "Kami membuka mata, melakukan penilaian situasi sehari-hari, dan mengambil keputusan profesional yang mengarah pada serangan dan pengganggu ancaman," ujarnya.
Situs berita Channel 12 melaporkan bahwa para pejabat pertahanan Israel telah mempelajari senjata yang digunakan dalam serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi. Mereka menyimpulkan bahwa serangan serupa oleh Iran terhadap Israel, jika itu terjadi, kemungkinan akan diluncurkan dari Irak barat, di mana ada kehadiran kuat pasukan milisi pro-Iran.
Tidak seperti rudal balistik—yang biasanya terbang melalui busur tinggi dalam perjalanan ke target—rudal jelajah dan drone terbang di ketinggian rendah. Hal itu membuat senjata-senjata tersebut lebih sulit untuk dideteksi.
Sistem pertahanan Israel terhadap serangan rudal, dan khususnya serangan rudal jelajah, dimulai dengan jaringan sistem radar di seluruh negeri untuk mendeteksi ancaman yang masuk. Selain itu, Israel telah mulai menggelar sistem pertahanan David Sling, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik dan jelajah pada jarak 40 hingga 300 kilometer.
Beberapa baterai David Sling sudah dikerahkan oleh angkatan udara setempat. Sistem pertahanan lainnya, Barak 8, memberikan perlindungan maritim untuk rig gas alam Israel di Laut Mediterania.
Pada hari Minggu, kabinet keamanan tingkat tinggi bertemu untuk pertama kalinya dalam dua bulan, di tengah peringatan samar soal ancaman Iran yang disampaikan para pemimpin Israel.
Diskusi tersebut didasarkan pada kekhawatiran bahwa Teheran—yang diperkuat oleh serangkaian serangan baru-baru ini di wilayah Teluk yang tidak mendapat tanggapan militer dari Barat atau sekutu Timur Tengahnya—dapat mengarahkan pandangan untuk menyerang Israel.
Selama pertemuan, para menteri membahas proposal—yang didorong oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—untuk proyek NIS1 miliar (USD290 juta) untuk meningkatkan pertahanan udara Israel yang akan menempatkan fokus khusus untuk mempertahankan negara terhadap serangan rudal jelajah.
Iran sendiri secara teratur mengancam Israel, dan melihat negara itu sebagai musuh yang kuat yang bersekutu dengan Amerika Serikat dan negara-negara Arab di wilayah Timur Tengah.
Israel juga telah menggagalkan operasi Iran di Suriah di mana petempur Iran dan orang-orang dari Hizbullah Lebanon telah bertempur bersama pasukan loyalis Presiden Bashar Assad sejak 2011.
Israel telah bersumpah untuk mencegah milisi proksi regional Iran untuk memperoleh senjata canggih yang bisa digunakan untuk melawan negara Yahudi dan telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah yang tujuannya adalah untuk mencegah pengiriman senjata dan untuk menghentikan Iran menumpuk kekuatan di negara Bashar al-Assad tersebut.
Selain itu, beberapa bulan terakhir telah terjadi beberapa serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran di Irak barat, beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan Israel.(Muhaimin)
Sumber : https://international.sindonews.com