Cina Gelar Pelatihan Perang di LCS - Radar Militer

28 Desember 2016

Cina Gelar Pelatihan Perang di LCS

Cina Gelar Pelatihan Perang di LCS
Cina Gelar Pelatihan Perang di LCS

Sejumlah kapal perang Cina dipimpin oleh sebuah kapal induk berlayar ke Laut Cina Selatan (LCS) setelah melewati perairan di selatan Taiwan, Senin (26/12). Mereka menuju barat daya untuk pelatihan militer.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, kapal induk tersebut bernama Liaoning. Kapal itu diikuti oleh lima kapal perang lainnya. Mereka melewati Selat Bashi yang berada di antara Taiwan dan Filipina.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Taiwan Chen Chung Chi mengatakan, bersikap waspada dan fleksibel merupakan metode yang normal untuk menjaga keamanan udara. "Kami terus memonitor dan memahami situasi," katanya, sembari menolak menyebutkan apakah jet tempur atau kapal selam Taiwan ikut dikerahkan untuk memantau pergerakan Cina.
Pelatihan militer yang dilakukan Cina terjadi di tengah ketegangan antara Taiwan dan Cina. Cina selalu menganggap Taiwan merupakan bagian darinya dan tidak mengakui Taiwan sebagai negara sendiri.
Cina juga kesal ketika presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerima telepon Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Sikap Trump dianggap melanggar kebijakan AS, One China Policy. Kebijakan itu secara resmi hanya mengakui Cina sebagai sebuah negara tanpa mengakui Taiwan.
Anggota Parlemen Taiwan Johny Chiang mengatakan, pelatihan militer yang melibatkan Liaoning merupakan "pesan" yang dikirimkan kepada AS.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, publik seharusnya tidak menafsirkan secara berlebihan kegiatan kapal induk Liaoning. Alasannya, semua kegiatan tersebut masih dalam batas yang dibolehkan secara hukum.
"Liaoning kami seharusnya bisa berlayar dengan tenang di dalam batas kebebasan navigasi dan terbang sebagaimana ditentukan hukum internasional, dan kami berharap seluruh pihak dapat menghargai hak yang dimiliki Cina," ujar Hua dalam keterangan rutin harian.
Selama ini Cina marah kepada AS yang melakukan patroli laut di dekat pulau-pulau di Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Cina sebagai miliknya. Bahkan, bulan ini, kapal Angkatan Laut Cina menangkap drone bawah laut milik AS di Laut Cina Selatan walau akhirnya Cina mengembalikannya kepada AS.
Media Pemerintah Cina, Global Times, mengatakan, pelatihan militer dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyerang. Bahkan, kapal-kapal itu akan dapat berlayar lebih jauh. Menurut media tersebut, kapal-kapal Cina akan berlayar ke timur Pasifik cepat atau lambat.
"Armada Cina ini akan menjelajah hingga ke timur Pasifik, cepat atau lambat. Jika suatu saat kapal induk Cina muncul di wilayah perairan dekat AS, ini tentu akan memicu pemikiran mendalam mengenai hukum bidang maritim," tulis Global Times.
Jepang menyatakan, pihaknya menemukan enam kapal perang Cina, termasuk Liaoning, melalui Miyako dan Okinawa. Mereka menuju Pasifik.
Juru bicara Pemerintah Jepang mengatakan, perjalanan kapal-kapal perang Cina itu menunjukkan Cina memperluas dan memperkuat kemampuan militernya. "Kami akan terus memonitornya dengan baik."
Dipersenjatai
Lembaga think tank Amerika Serikat mendeteksi keberadaan senjata pertahanan di pulau buatan di Laut Cina Selatan, 14 Desember lalu. Persenjataan itu dipasang Cina di ketujuh pulau buatan hasil reklamasi.
Laporan tersebut berasal dari hasil analisis citra satelit terbaru. Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) di Center for Strategic and International Studies melaporkannya pertama kepada Reuters, Rabu.
Pada 15 Desember, Cina mengatakan, penempatan sistem pertahanan tersebut sah dan normal. Dalam pembangunannya, Cina menegaskan, pulau buatan itu umumnya tetap dikonstruksi untuk keperluan sipil.
AMTI melaporkan, ada struktur konstruksi heksagonal di Fiery Cross, Mischief, dan Subi di Spratly Islands. Konstruksi itu sudah ada di sana sejak Juni dan Juli. Cina telah membangun landasan udara militer sebelumnya.
"Sekarang struktur-struktur itu tampak berkembang jadi titik pertahanan di fasilitas yang lebih kecil di Gaven, Hughes, Johnson, dan Cuarteron," kata AMTI.
AMTI menggunakan analisis citra satelit bulan November. Konstruksi mirip pangkalan yang lebih luas berada di Fiery Cross, Subi, dan Mischief. Citra satelit Hughes dan Gaven menunjukkan adanya senjata seperti antipesawat dan sistem senjata jarak dekat yang bisa melindungi dari rudal jelajah.
Sementara, citra satelit dari Fiery Cross Reef menunjukkan menara yang tampak memiliki radar. AMTI mengatakan, Fiery Cross juga telah memiliki pelindung. Dari ukurannya, pelindung bisa jadi sistem pertahanan bagi daerah terumbu karang yang lebih kecil.
AMTI menggarisbawahi pemasangan sistem-sistem tersebut sebagai bukti Cina serius mempertahankan pulau-pulau buatan. Mereka menjaga pulau tersebut dari segala kemungkinan dan ancaman yang bisa datang dari mana saja.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-koran/16/12/27/oitv884-cina-gelar-pelatihan-perang-di-lcs

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb