HAL Tejas India |
Bagi publik, menyimak tarik ulur pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II untuk TNI AU terasa melelahkan, tapi bagi pihak manufaktur hal tersebut tetap jadi tantangan, pasalnya negosiasi pengadaan alutsista strategis bernilai tinggi memang butuh waktu lama, tak jarang dibutuhkan waktu hingga belasan tahun hingga kesepakatan tercapai. Maklum yang jadi pertimbangan bukan soal harga produk semata, tapi juga menyangkut nilai ToT (Transfer of Technology) yang akan didapat negara pembeli.
Untuk pengganti F-5 E/F Tiger II, pernyataan dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada Desember 2016 boleh lah jadi pegangan (sementara), bahwa pemerintah RI telah memutuskan untuk membeli delapan unit Sukhoi Su-35 Super Flanker dari Rusia. Tapi ya semuanya masih dalam negosiasi alias tawar-menawar dan belum ada akad pembelian. Sebagai ilustrasi, harga satu unit Su-35 dalam kondisi ‘komplit’ bisa mencapai US$165 juta. Harga tersebut sudah termasuk training, ground equipment, persenjataan, upgrade dan ToT. Menhan menyebut bahwa seharusnya pemerintah Indonesia mendapatkan harga beli yang tidak mahal, mengingat selama Indonesia sudah banyak membeli produk persenjataan dari Rusia. “Kita ada persenjataan dari mereka (Rusia), tapi Rusia tidak ada dari kita, tapi kita beli produk mereka dengan harga mahal,” kata Menhan.
Sementara itu, dari pihak pengguna, yakni Skadron Udara 14 idealnya mendapatkan 16 unit jet tempur. Melihat belum adanya titik temu pada pengadaan Su-35, hingga kini beberapa manufaktur jet tempur yang ikut berkompetisi, seperti Saab AB, Eurofighter, dan Lockheed Martin, semua masih dalam kondisi standby untuk menggantikan pengadaan yang berlarut-larut Su-35.
Itu semua menyiratkan masih terbuka peluang untuk manufaktur lain untuk mencoba keberuntungan dari program pengadaan.Dan salah satu yang baru-baru ini tersiar kabarnya adalah Hindustan Aeronautics Limited (HAL) yang berencana menawarkan jet tempur Tejas untuk TNI AU. Mengutip dari idrw.org (10/2/2017), disebutkan Pemerintah Indonesia lewat jalur resmi telah meminta detail spesifikasi Tejas ke Pemerintah India.
Masih dari sumber yang sama, kabarnya pihak India akan mempersiapkan briefing technical aspect kepada TNI AU. Dan bila kemudian TNI AU menyatakan tertarik pada jet single engine ini, selanjutnya pihak HAL akan menindaklanjuti dengan membuat proposal penawaran resmi. Skema ini sebelumnya juga telah dilakukan manufaktur Saab saat memperkenalkan jet tempur terbaru Gripe E di Linköping, Swedia pada pertengahan tahun lalu.
Tejas
Siapa sebenarnya Tejas? Dalam jagad fighter jet dunia, Tejas jelas masih berusia sangat muda, terbang perdana pada 4 Januari 2001, dan baru resmi diluncurkan pada 17 Januari 2015. Dalam aspek desain, Tejas menganut konsep ‘gado-gado,’ seperti sayap delta yang mengacu ke Mirage 2000, sementara model air intake (lubang masuk udara) lebih mirip ke F/A-18 Hornet. Tejas sebagai pemempur masuk kualifikasi LCA (Light Combat Aircraft). Bila dikomparasikan, Tejas sebanding dengan jet tempur Gripen.
Soal asupan teknologi, jangan anggap enteng si Tejas, pesawat yang dirancang Aeronautical Development Agency ini sudah menyokong teknologi seperti relaxed static stability, fly-by-wire flight control system, multi mode radar, integrated digital avionics system, composite material structures, dan flat rated engine.
Sebagai jet tempur ‘gado-gado,’ komponen yang digunakan ada yang merujuk ke AS/NATO, Israel, dan Rusia. Seperti mesin, sudah memakai General Electric F404-GE-IN20 turbofan.Dengan mesin single ini dapat dicapai kecepatan maksimum Mach 1.8 dengan combat radius 500 km, dan ferry range sampai 1.700 km. Bicara soal avionik dan sistem penginderaan, Tejas diantaranya menggunakan Elta dari Israel untuk radar advanced AESA (Active Electronically Scanned Array) dan multi mode fire control radar EL/M-2032.
Yang unik lagi dari aspek persenjataan, Tejas menggunakan kanon internal Gsh-23 dua laras kaliber 23 mm buatan Rusia. Sementara untuk bekal rudal, Tejas dirancang membawa rudal udara ke udara besutan Rusia, seperti Vympel R77 dan R73. Sedangkan rudal udara ke permukaan bisa membawa Kh-59, Kh-31 dan Kh-35. Selain dari Rusia, Tejas digadang pas membawa rudal buatan Israel, seperti rudal udara ke udara Python dan Derby. Ada lagi rudal udara ke udara buatan dalam negeri India, Astra yang siap dipasang di Tejas. Lain dari itu, dengan delapan hard point, Tejas bisa diracik dengan aneka bom dan roket, termasuk roket S-8 yang sudah digunakan Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU.
Guna memaksimalkan endurance, Tejas juga dapat dipasangi perangkat untuk isi bahan bakar di udara (air refuelling system probe) yang dipasok Cobham. Dengan nose landing gear model double wheels (dua roda), Tejas juga dirancang untuk bisa lepas landas dan mendarat dari kapal induk, dan memang HAL telah menyiapkan versi Tejas M1 dan Mk2 Navy. Sayangnya untuk proyek dengan AL India, bobot Tejas dilaporkan masih overweight untuk dioperasikan dari kapal induk mereka.
Sebagai alutsista kebanggaan nasional, HAL telah mendapat kontrak pengadaan 103 unit Tejas dalam berbagai varian untuk AU. Ditargetkan AU India akan diperkuat 14 skadron Tejas, kini satu skadron Tejas (45 Squadron - Flying Daggers) telah beroperasi di Bangalore, Karnataka. Meski masih dalam penyempurnaan, AL India menyatakan membutuhkan setidaknya 40 unit Tejas yang mampu beroperasi dari kapal induk.
Kehadiran Tejas dalam kancah penawaran jet tempur bisa diibaratkan sebagai “Kuda Hitam,” kiprahnya bisa disetarakan dengan jet tempur patungan China - Pakistan, JF-17 Thunder. Selain India, jet tempur dengan harga US$24 juta (Tejas MK1) punya potensi kuat untuk dibeli Mesir dan Sri Lanka. Nah, apakah nantinya TNI AU benar-benar tertarik pada sosok Tejas? Tinggal kita tunggu saja kabar selanjutnya. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/