KN Tanjung Datu 1101 |
Kilas balik ke 17 Juni 2016, saat itu terjadi insiden dramatis di Laut Natuna, pasalnya kapal penjaga pantai alias China Coast Guard (CCG) dilaporkan terus membayang-bayangi aksi penegakan hukum yang dilakukan kapal perang TNI AL atas illegal fishing yang dilakukan kapal nelayan China. Tak satu dua kali pula, kapal CCG berani menghalangi upaya penangkapan yang dilakukan aparat Indonesia.
Bahkan kapal CCG yang diketahui dengan identitas Haijing 3303 berani mendekati dan memotong arah korvet KRI Imam Bonjol-383 yang tengah melakukan upaya penarikan kapal ikan asing asal China, Han Tan Cou. Meski kodratnya adalah kapal penjaga pantai, kapal tersebut punya dimensi lumayan besar, bahkan banyak yang memperkirakan dimensinya setara dengan frigat Van Speijk Class milik TNI AL. Haijing 3303 masuk dalam kelas Zhaoyu WPS, meski resminya bukan kapal perang, tapi kapal ini dibangun dari platform korvet Type 056 Jiangdao Class.
Haijing 3303 punya berat kosong 3.450 ton. Panjang kapal ini 111 meter dengan lebar 15 meter. Kapal ini juga dilengkapi heli pad dan fasilitas hanggar. Sementara jumlah awaknya 50 orang. Untuk spesifikasi mesin, kecepatan, dan dukungan sensor yang melengkapi, hingga saat ini masih belum diketahui. Namun merujuk ke oplanchina.com, Haijing 3303 dilengkapi meriam air (water canon) dan kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) jenis PJ17 naval gun kaliber 30 mm buatan Norinco.
Pesan dari keberadaan kapal patroli penjaga pantai selelas Haijing 3303 adalah kemampuan daya jelajah dan endurance yang tinggi, menjadikan kapal patroli ini dapat meronda jauh dari pangkalannnya. Poin inilah yang menjadi titik lemah dari armada Indonesia Cost Guard yang ada dalam arsenal Badan Keamanan Laut (Bakamla). Selama ini armada kapal patroli Bakamla adalah jenis ukuran kecil dan sedang, dengan jarak jelajah dan endurance minim.
KN Tanjung Datu 1101
Seolah ingin merespon keberadaan kapal patroli selelas Haijing 3303, Bakamla pada Senin (20/11/2017) meresmikan penamaan kapal patroli terbarunya yang diberi nama KN (Kapal Negara) Tanjung Datu dengan nomer lambung 1101. Ada yang khas dari KN Tanjung Datu, pasalnya ini merupakan kapal patroli terbesar yang bakal dioperasikan Bakamla.
Betapa tidak, dimensi KN Tanjung Datu setara dengan sebuah korvet. Bisa dilihat dari panjang lambung kapal yang mencapai 110 meter, lebih panjang ketimbang Perusak Kawal Rudal (PKR) RE Martadinata Class yang punya panjang 105 meter. Lebar KN Tanjung Datu adalah 15 meter dengan bobot 2.400 ton, dan tinggi geladak utama 6,9 meter.
Untuk sistem penggerak, KN Tanjung Datu 1101 dilengkapi dengan dua mesin utama yang punya kekuatan 5,300hp, dibantu empat mesin diesel generator @250Kva yang mampu melaju dengan kecepatan 20 knots per jam. Sementara kecepatan jelajah kapal penjaga pantai ini adalah 15 knots. KN Tanjung Datu 1101 mampu menampung satu helipad ukuran medium dengan bobot maksimal delapan ton, sehingga kapal patroli ini sanggup di darati helikopter sekelas NBell-412. Konstruksi kapal mampu menampung 76 anak buah kapal dengan tambahan 56 orang akomodasi tambahan.
Bila kapasitas tangki terisi penuh (264 ribu liter), maka jarak jelajah kapal ini bisa mencapai 4.630 km pada kecepatan 12 knots. Bekal air tawar yang bisa ditampung hingga 252 ribu liter.
Dengan dilakukan peluncuran ini maka untuk pertama kalinya kapal diapungkan ke laut, setelah sebelumnya dilakukan visual inspection test dan witness NDT oleh Bureau Veritas sebagai badan klasifikasi kapal internasional. Sebelum melaut, kapal besar ini akan terlebih dahulu diuji sistem navigasi dan kelayakan laut untuk memastikan semuanya berfungsi dengan baik. Dari segi ketahanan, kapal ini mampu melaju di tengah ombak lima meter. Nantinya Bakamla akan melakukan pembangunan tiga unit kapal serupa dengan ukuran medium.
Yang cukup menggetarkan ternyata pembuat kapal patroli terbesar ini justru perusahaan swasta dalam negeri, PT Palindo Marine Shipyard, Batam, perusahaan yang sebelumnya cukup populer memasok kapal perang untuk untuk segmen KCR (Kapal Cepat Rudal) dan kapal patroli.
Nama KN Tanjung Datu diambil dari nama daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, tepatnya di Kelurahan Temajuk Kecamatan Paloh, Kab. Sambas, Prov. Kalbar, dimana terdapat mercusuar setinggi 43 meter di kawasan hutan lindung lereng Gunung Datu sebagai penanda batas kepemilikan wilayah RI. Kapal ini resmi dipesan ke PT Palindo Marine pada tahun 2015.
Bakal jadi andalan untuk misi patroli ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan SAR, KN Tanjung Datu dilengkapi tiga unit rigid hull inflatable boats (RHIBs). KN Tanjung Datu juga dirancang sebagai basis operasi drone helicopter, terbukti dengan tersedianya fasilitas flight deck. Karena disasar untuk menghadapi kapal sipil di lautan, bekal penindakan andalan kapal khas Penjaga Pantai adalah adanya water cannon. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/