GSG-9 |
Jika ada pasukan antiteror yang pernah beberapa kali mendapat pujian dunia dalam operasi militernya satu di antaranya adalah GSG-9 atau Grenzschutzgruppe 9.
Unit khusus dari Polisi Federal Jerman ini sejak didirikan pada 1973 hingga 2003 dilaporkan telah menyelesaikan lebih dari 1.500 misi.
Salah satu misinya bahkan tercatat paling dramatis di dunia, yaitu ketika GSG-9 berhasil mengatasi pembajakan pesawat Lufthansa.
Dalam misi pembebasan pesawat Lufthansa yang dibajak teroris itu, GSG-9 berhasil membebaskan seluruh sandera yang berjumlah 86 orang dalam keadaan selamat.
Selain itu, mereka juga berhasil menembak mati tiga dari empat pelaku dalam serangan kilat lima menit.
Disimak dari begitu banyaknya jumlah misi yang telah dituntaskan, tak berlebihan jika dunia menganggap GSG-9 sebagai pasukan antiteror yang paling berpengalaman.
Tekad Jerman untuk memiliki pasukan antiteror yang paling kuat tak lepas dari tragedi kelam Jerman pada 1972.
Saat itu aparat keamanan Jerman gagal total membebaskan 11 atlet Olimpiade Munich asal Israel yang disandera kelompok garis keras Black September.
Serbuan polisi yang tanpa ketrampilan antiteror malah menewaskan lima dari delapan penyandera. Namun di akhir misi, seluruh sandera berikut seorang polisi pembebas juga tewas.
Namun keinginan Jerman untuk memiliki kesatuan antiteror bukanlah hal yang mudah.
Trauma kebrutalan pasukan rahasia Hitler (SS,) yang meski sudah tamat di akhir Perang Dunia II, tiba-tiba hidup lagi ketika seorang perwira polisi Oberstleutnant (setingkat letnan kolonel) Ulrich Wegener berupaya menciptakan unit khusus tersebut.
Banyak pihak mencurigai, pembentukan unit khusus ini sebagai akal-akalan pemerintah untuk mengembalikan kedigdayaan Nazi.
Namun, karena kebutuhan dipandang sudah amat mendesak, pasukan khusus Jerman harus segera dibentuk.
Maka pada 17 April 1973 dibentuklah Jerman Bundesgrenzschutzgruppe 9 atau biasa disingkat GSG-9.
Sesuai fungsi dan karakter, unit ini dibentuk untuk menangani segala tindak pidana terkait pembajakan, penculikan, tindak terorisme, dan pemerasan.
Beberapa kurikulum pelatihan bagi para anggotanya di antaranya taktik dan metoda mengamankan lokasi, membungkam target, mengidentifikasi pelaku, melacak tersangka, dan menembak tepat dari jarak jauh.
Ulrich Wegener yang didikan SAS Inggris dan pasukan elite Israel, Sayeret Mat’kal, tampak tahu benar apa yang mesti dilakukan terhadap unit ini.
Termasuk di antaranya, dalam mengharuskan setiap perwiranya membina hubungan dengan kepolisian internasional.
Pasalnya, banyak tindakan terorisme memiliki kaitan dengan gerakan kelompok radikal di luar negeri.
Tugas pertama yang ternyata cukup berat muncul pada 13 Oktober 1977, ketika salah satu pesawat dari flag-carrier Jerman, Lufthansa, B737-230 flight 181, dibajak empat anggota Komando Martir Halima.
Kelompok ini merupakan salah satu sayap PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine) dan membajak pesawat saaat dalam penerbangan dari Palma de Mallorca menuju Frankfurt.
Pembajak menuntut pesawat yang ditumpangi 86 penumpang dan lima awak itu ditukar 10 anggota Faksi Tentara Merah yang dipenjara pihak Jerman.
Dalam tekanan waktu, mereka pun dituntut berpikir keras untuk bersiasat, terlebih karena di tengah perjalanan, Kapten Pilot Jurgen Schumann dibunuh.
Setelah diam-diam berkolaborasi dengan tentara Somalia, diaturlah seolah-olah pertukaran tawanan dilakukan di Bandara Mogadishu pada 17 Oktober.
Operasi pembebasan sandera dilakukan pada 18 Oktober dini hari dan dibuka dengan tembakan pengelabuan oleh Ranger Somalia dari arah depan pesawat
Tepat pukul 02.07, Ulrich Wegener dan 30 anggota GSG-9 tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam pesawat dari dua pintu darurat. Operasi pembajakan ini diberi kode Freurzauber atau Fire Magic.
Dalam sergapan yang dimulai dengan seruan berbahasa Jerman agar setiap penumpang tiarap, mereka segera menembak orang-orang yang tetap berdiri karena tak mengerti arti seruan itu.
Mereka dipastikan sebagai pelaku. Zohair Akache, pimpinan pembajak berusia 23 tahun, langsung tersungkur bersimbah darah, diikuti pengikutnya, Suhalia Sayeh.
Peluru juga mengenai tiga penumpang dan satu pramugari, namun tak mati.
Singkat cerita dalam tembak menembak selama lima menit ini, seluruh penumpang dan tiga awak (yang tersisa) bisa diselamatkan. Sementara, tiga dari empat pelaku, tewas, dan seorang lainnya cedera.
Untuk prestasi pembebasan pesawat yang juga diawasi perwira SAS Inggris itu, dari Tel Aviv, komandan satuan polisi khusus Israel, Tzvi War, menyebut GSG-9 sebagai Pasukan Antiteroris terbaik di Dunia.
Operasi Fire Magic sendiri selanjutnya diperkenankan untuk dipublikasi.
Sedangkan untuk operasi-operasi yang lain, yang jumlahnya lebih besar sekitar 1.500 operasi, kepolisian Jerman sepakat untuk menutup rapat dan merahasiakannya.
Dalam perkembangannya,terkini, kepolisian Jerman melengkapi GSG-9 dengan unit kecil baru bernama Beweissicherungs und Festnahmeeinheit plus atau yang biasa disingkat BFE+.
Unit tambahan ini rupanya dibentuk untuk memburu kelompok teroris, setelah mereka beraksi. Celah ini rupanya tak bisa ditangani GSG-9 yang khusus dibentuk untuk merespon tindak teror di lapangan. (Agustinus Winardi)
Sumber : intisari.grid.id